Oleh: Hamdani, SE.,MSM*)
"Saya pikir, ya sudah lah, kalau tidak suka mau bilang apa ya kan? Kita tak perlu sampai ribut-ribut sesama, sebangsa dan setanah air, gegara pengungsi Rohingya.'
Beberapa hari lalu saya buat sebuah tulisan, tentang sikap saya pada pengungsi Rohingnya, yang saya muat di media saya dan juga di status medsos Facebook saya. Ternyata tulisan saya mendapat banyak respon pro dan kontra.
Terakhir ternyata respon yang kontra terhadap penolakan pengungsi antar negara Rohingya semakin banyak dan masif. Nyata terlihat, sikap masyarakat terkait perkara Rohingnya ini terbelah dua.
Untuk yang menolak, penolakan-penolakan tersebut juga dibarengi retorika yang menakutkan, bahwa mereka tidak mau Aceh seperti kasus Israel dengan Palestina, yang katanya awalnya menumpang, terakhir malah merebut, serta alasan kedaulatan dan alasan-alasan lain. Entahlah.
Akhirnya ketakutan itu berhasil diciptakan dalam masyarakat dan seakan-akan menjadi sesuatu kebenaran yang nyata.
Sementara yang menerima, tetap dengan alasan yang sama, demi kemanusiaan, juga karena satu keyakinan. Itu alasan mereka tidak ada lain, titik, tanpa koma.
Saya pikir, ya sudah lah, kalau tidak suka mau bilang apa ya kan? Kita tak perlu sampai ribut-ribut sesama, sebangsa dan setanah air gegara pengungsi Rohingya.
Pokoknya jangan sampai gegara pengungsi Rohingya, sampai menimbulkan konflik horizontal karena ada dua friksi besar, karena ada agenda yang lebih penting buat bangsa ini yang sedang harus dihadapi, yakni Pemilu 2024, masalah Rohingya stop dulu, jangan diarahkan dulu ke perairan Indonesia, khususnya Aceh.
Biar masyarakat tenang-tenang dulu menghadapi agenda politik di negeri ini, yakni pesta demokrasi, nanti kalau sudah tenang, kita kaji ulang masalah ini, jadi sekarang jangan sampai konsentrasi masyarakat terpecah dengan masalah Rohingya ini.
Maka dari itu, harusnya kita stop dulu mereka di tengah laut, jangan sampai mendarat. Cuma saya heran, kok laut kita seperti tidak ada penjaga? Mana patroli TNI Angkatan Laut kita yang katanya digjaya itu? Kok cuma dengan kapal kayu kalah strategi? Sehingga mereka berbondong-bondong ke Aceh?
Tentu tak semua tanya harus punya jawab, tapi setidaknya pertanyaan saya di atas juga menjadi pertanyaan banyak orang hari ini. Apakah ada rekayasa dan konspirasi internasional dalam perkara ini? Nah, peran UNHCR juga patut dipertanyakan tentunya.
Sekali lagi, kita stop dulu masalah pengungsi Rohingya, kalau sudah ada yang terlanjur mendarat, kita tolong sebentar, kasih makan minum demi kemanusiaan, selanjutnya kita lepaskan kembali ke laut. Jangan sampai menghabiskan energi untuk ini. Ingat! Pemilu depan mata, jangan sampai calon jagoan kita kalah, karena kita sudah lelah duluan, karena energi kita habis memikirkan masalah pengungsi Rohingya. Sehingga strategi jadi tidak berjalan dengan baik.
Demikian tulisan singkat ini, berdasarkan sudut pandang saya, salah dan benar tentu hanya milik Allah. Sekian. []
*) Penulis adalah seorang dosen dan juga jurnalis
Disclaimer: Semua tulisan pada Rubrik SUDUT PANDANG bukanlah lah produk jurnalistik, juga tidak mewakili pandangan Redaksi Juang News. Untuk itu, setiap tulisan yang dimuat di rubrik SUDUT PANDANG itu menjadi tanggung jawab pribadi si penulis. Karena sesuai nama rubrik, semua konten dari tulisan tersebut, merupakan opini pribadi dari sudut pandang personal penulis. Demikian. []