Iklan

terkini

[Opini] Evaluasi dan Resolusi Seorang Mukmin

Redaksi
Jumat, Desember 30, 2022, 08:51 WIB Last Updated 2022-12-30T01:51:58Z

Oleh: K. H. Bachtiar Nasir*)

"Satu yang berubah secara signifikan dalam pergantian tahun adalah waktu. Waktu yang berjalan dan mengantarkan kita lebih dekat pada hari perjumpaan kembali dengan Allah, Rabbul Izzati...'

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pada surat Al-Ashr ayat 1-3:

"Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Satu yang berubah secara signifikan dalam pergantian tahun adalah waktu. Waktu yang berjalan dan mengantarkan kita lebih dekat pada hari perjumpaan kembali dengan Allah, Rabbul Izzati.

Oleh karena itu, fenomena “pulang kampung” yang seringkali dilakukan oleh masyarakat kita di liburan penghujung tahun, paling tidak adalah sebuah refleksi bahwa setiap manusia sebenarnya memiliki kecenderungan untuk kembali pada tempat asalnya. 

Lebih dalam lagi, kembali kepada Penciptanya yang selama ini telah membimbingnya hidup di dunia dengan segala potensi dan fasilitas yang sempurna. 

Oleh karena itu, sangatlah baik bagi kita semua, untuk melakukan tiga hal berikut ini dalam rangka menghadapi pergantian tahun  yang telah tinggal hitungan jam ini. 

Yang pertama adalah muhasabah. Menghisab diri untuk melihat kembali apa yang telah kita lakukan di tahun 2022 ini. Tahun yang penuh dinamika dan tentunya memberi banyak arti. Di tahun ini pula terjadi banyak konflik dan krisis global yang berdampak luas pada kehidupan umat manusia di dunia. 

Tentu banyak hal terbaik yang telah kita lakukan, kekurangan yang masih harus kita perbaiki, dan kegagalan yang harus kita terima, lalu kemudian kita jadikan pelajaran yang berharga. Semuanya tidak lepas dari kasih sayang dan ketentuan-Nya yang terbaik. 

Apa yang kita jalani, tentu tidak lepas dari pengawasan dan kelak akan kita pertanggungjawabkan. Kegagalan yang terjadi, tentu harus kita laporkan sepenuh tanggung-jawab kepada-Nya. Keberhasilan yang kita capai, juga tentu juga harus kita laporkan dalam kesyukuran. Sebab, sejatinya tidak ada yang lepas dari penglihatan-Nya yang terus melekat; lebih dekat dari urat nadi kita. 

Yang kedua adalah resolusi. Tahun 2023 mendatang adalah tahun yang penuh tantangan bagi kita, terutama bagi kita umat Islam di Tanah Air. Tahun depan adalah tahun yang tak bisa lepas dari eskalasi politik yang semakin memanas. 

Segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan politik akan ikut terimbas semakin meningkatnya “huru-hara” di panggung politik. Butuh kecerdasan, kecermatan, dan daya tahan pemikiran yang kuat untuk menghadapinya. Jangan sampai, umat Islam menjadi korban dari tipu daya politik dan lupa esensi misi hidup di dunia ini. 

Tahun depan juga merupakan tahun yang lebih mencekam dalam kondisi perekonomian. Bila di tahun ini kita menghadapi krisis, maka di tahun depan, kita akan menghadapi situasi badai resesi dan  inflasi yang kuat. 

Bila selama ini kita cukup aman dengan “kebodohan yang kita pahami” bahwa kita tidak terlalu terpengaruh pada krisis ekonomi dan pangan global karena kita bukan negara pengekspor; maka di tahun 2023 ini kita tetap akan terkena dampak besar dari resesi. Kita akan terimbas inflasi global; dimana harga-harga akan naik, kesulitan hidup semakin tinggi, dan bahaya kelangkaan pangan semakin terasa. 

Oleh karena itu, baik sekali, bila kita memiliki resolusi apa yang akan kita lakukan untuk menghadapi tantangan di tahun 2023 ini, terutama dalam ketauhidan dan ibadah kita pada Allah Ta’ala. 

Yang ketiga, rancang aksi dan eksekusi segera aksi tersebut, setelah mendapatkan blue print yang paling strategis. Ingat selalu aksi dalam 5 detik setelah resolusi. Jangan menunda untuk segera mengambil langkah pertama untuk mendorong seluruh langkah ke depan mencapai visi dalam resolusi. Terutama melakukan hal yang berkaitan dengan “menghadirkan” Allah dalam setiap langkah kehidupan kita. 

Segera mengeksekusi adalah tahap yang membedakan antara seorang pemimpi dengan seorang inovator. 

Lakukanlah, jangan terlalu banyak pikiran, apalagi menumpuk ketakutan. Yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla selain telah memberikan kita potensi dan fasilitas terbaik; Dia juga tidak pernah melepaskan diri kita dari radar pengawasan-Nya sedetik pun. Dia senantiasa enemani kita menempuh perjalanan sesulit apa pun itu. Jangan takut, ada Allah. 

Dalam hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, ''Apabila seorang hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari. Apabila ia mendekati-Ku satu jengkal, Aku akan mendekatinya satu hasta.'' (Riwayat Bukhari dan Muslim).  

Sesulit dan sebesar apapun tantangan di tahun depan, yakinlah bahwa Allah Ar-Rahman Ar-Rahim adalah Pemilik kehidupan ini dan sangat dekat. Dia juga telah menjamin rezeki setiap makhlukNya di muka bumi ini. Sesungguhnya, ada empat jenis rezeki yang akan diperoleh seorang manusia:

Pertama, rezeki yang diperoleh oleh semua makhluk dan merupakan jaminan hidup dari-Nya

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu, dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (Surat Huud ayat 6)

Dalam ayat ini, Allah memberi tahu kita bahwa Dialah yang telah menjamin rezeki setiap ciptaan-Nya. Binatang melata sekalipun. Oleh karena itu, jangan terlalu cemas untuk menghadapi resesi dan inflasi yang akan terjadi dengan hebat di tahun depan. Allah Ta’ala senantiasa ada, memberi kita penghidupan, dan bimbingan. Sebagaimana Allah membimbing binatang-binatang kecil seperti semut untuk menemukan gula. 

Kedua, rezeki yang diperoleh dengan usaha

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),” (Surat An-Najm ayat 39-42).

Inilah rezeki yang didapatkan oleh orang-orang yang berusaha. Beriman atau tidak beriman, asalkan orang tersebut mengusahakan yang terbaik. Di sinilah keadilan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Segala usaha yang dilakukan oleh makhluk-Nya pasti akan dibalas dengan sempurna.

Ketiga, rezeki yang diperoleh dengan menjalankan wasilah pembuka rezeki-Nya seperti zakat, infaq, dan sedekah

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-Baqarah ayat 261).

Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam memberitahukan ada banyak jalan untuk membuka pintu rezeki dan ini hanya berlaku untuk orang-orang yang beriman. Inilah level rezeki yang hanya bisa diperoleh oleh orang-orang yang beriman. Juga jalan yang membedakan antara orang yang beriman atau tidak beriman dalam mendapatkan rezeki Allah Ar-Rahiim. 

Keempat, rezeki yang diperoleh dengan jalan taqwa

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-(yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Surat Ath Thalaq ayat 2-3).

Ini adalah kunci terbaik untuk membuka pintu rezeki. Bertakwa kepada Allah. Meninggalkan segala larangan-Nya dan patuh menjalankan apa saja yang telah diaturnya. Dengan ketakwaan ini, ketenangan hidup akan kita dapatkan. Karena sejatinya, mematuhi apa yang diaturnya adalah menjalani jalur terbaik kehidupan. Allah Swt beserta seluruh makhluk-Nya juga akan membantu kita untuk mencapai keberhasilan terbaik, walau bagi sebagian orang hal tersebut terlalu sulit. 

Bertakwalah kepada Allah Azza wa Jalla dalam setiap langkah yang kita lakukan. Jadikan Alquran sebagai aturan apa yang harus kita patuhi dan tinggalkan apa yang dilarang-Nya. 

Seperti apa pun yang bakal terjadi di kehidupan ini, yakinlah bahwa hanya Allah-lah Sang Maharaja yang berkuasa untuk mengatur dan membuat berbagai hal menjadi mungkin. Hanya dengan izin-Nya sesuatu dapat terjadi. Jangan ragu menjalani hidup. Tujukanlah hanya untuk-Nya dan mohonlah kepada-Nya untuk tidak pernah melepaskan kita sendirian. Sungguh keajaiban hanyalah milik orang-orang yang menjadikan Allah sebagai alasan dan tujuan dari apapun yang dilakukannya. 

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga mengajarkan kita sebuah doa, "Wahai Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah pada akhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal penutupnya, dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku bertemu dengan- Mu." (Riwayat Thabrani). []

*) Penulis adalah Ketua Jalinan Alumni  Timur Tengah (JATI)
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Evaluasi dan Resolusi Seorang Mukmin

Terkini

Topik Populer

Iklan