Bireuen - Ini merupakan cerita pilu di kursi tunggu RSUD Fauziah Bireuen, saat saya temui pada Sabtu, 12 Nopember 2022 kondisi M. Amin (50), terlihat lemas dan lesu, sepertinya belum makan siang sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 Wib.
Sebenarnya saya sudah memperhatikan M. Amin dalam sebulan ini, karena pria paruh baya ini selalu duduk di kursi tunggu tempat pengambilan obat yang berdekatan dengan Ruang Cuci Darah di RSUD Fauziah Bireuen.
Dari ciri-cirinya saja, saya sudah tahu kalau M. Amin juga merupakan pasien cuci darah di RSUD Fauziah Bireuen.
Dari hasil pembicaraan singkat saya dengan M. Amin, dia berkisah bahwasanya dia tidak bisa pulang lagi ke Jeunib karena tidak punya biaya perjalanan pulang pergi.
''Saya tidak punya uang untuk ongkos L-300, jangankan buat ongkos, uang untuk makan saja saya tidak punya, harus menunggu pemberian orang, makanya saya duduk di sini menunggu ada orang yang memberikan uang buat saya beli makan," tuturnya dengan sedih, rautnya menggambarkan kepiluan yang nyaris tak terucap.
"Malamnya saya tidur di mushala di belakang rumah sakit ini, kadang kadang saya menggigil kedinginan karena cuaca sedang hujan seperti ini, malah belakang ini saya sering sesak nafas karena kondisi kurang sehat sambil menunggu jadwal cuci darah baru badan sedikit enak," lanjut M. Amin dengan suara bergetar.
Tragisnya lagi, karena kondisi penyakitnya yang seperti itu, istrinya pun sudah tak sudah tak sudi lagi menerima laki-laki paruh baya ini. Lengkap sudah penderitaannya.
"Sekarang saya tidak bisa pulang ke mana-mana, mau pulang ke Jeunib istri saya tidak lagi menerima saya, mau saya pulang ke Bayu tempat abang saya tidak mungkin, karena abang saya juga seperti saya nasibnya, kami sama-sama miskin tidak mungkin saya nambah penderitaan dia," ungkap M.Amin dengan lirih.
Tapi terkait pengakuan M. Amin tentang istrinya, Sabtu, 12 Nopember 2022 sekira pukul 17.45 Wib seorang warga Jeunib yang menelpon redaksi media ini bahwa hal itu tak sepenuhnya benar, tapi dia mengaku memang ada konflik keluarga terkait itu.
Selanjutnya, M. Amin kepada saya hanya bisa berharap supaya Bupati Bireuen dan DPRK Bireuen atau ada dermawan yang mau membantu penderitaannya. Sekedar tempat tinggal dan membiayai dirinya makan.
"Saya memohon kepada Bapak Bupati Bireuen atau Bapak bapak Dewan yang Dermawan agar dapat membantu saya mencari gubuk reot juga bisa, sebagai tempat tinggal dan membantu biaya makan saya, saya tidak mampu kerja berat lagi sudah lemas sekali kondisi saya," mohon M. Amin dengan nada sedih ada genangan air mata di sudut kelopak mananya yang kuyu.
Adakah dermawan yang sudi membantu derita Aneuk Naggroe? [Mukhlis]
.png)
.png)
