Iklan

terkini

[Opini] Fenomena Kecintaan Terhadap Rasulullah SAW

Redaksi
Selasa, Januari 09, 2024, 22:36 WIB Last Updated 2024-01-09T15:36:27Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)

Kecintaan Rasulullah terhadap umatnya tiada batas, bahkan di saat beliau wafat kata-kata terakhir yang diucapkan adalah Ummati-ummati (ummatku-ummatku). Bukan anak-anaknya, bukan para istrinya, bukan para sahabat, bukan pula cucu-cucunya. Akan tetapi, beliau menyebut ummatku, karena mengkhawatirkan keadaan mereka sepeninggal beliau dan di hari kiamat nanti. Belum cukupkah bukti kecintaan beliau terhadap kita umatnya? 

Jika kita menyadari hal tersebut, sudah semestinya kita mencintainya pula. Mencintai Rasulullah saw suatu kewajiban bagi umat Islam. Barang siapa yang tidak mencintai Rasulullah saw, maka mereka tidak tergolong umatnya. Karena, berkat jasa beliau kita hidup dalam kenikmatan iman dan Islam, yang akan mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Mencintai Rasulullah sama dengan mencintai diri sendiri. Sebab, keberkahan akan menyelimuti kepada pencintanya. Mencintai baginda nabi akan mendatangkan keuntungan besar, yaitu syafaatnya di hari kiamat nanti. Yang tidak akan dimiliki oleh nabi-nabi yang lain selain dirinya. Tiada kebahagiaan yang sempurna selain mencintai baginda Rasulullah saw.

Dalam buku Muhammad Sang Inspirator Dunia, Dr.'Aidh al-Qarni mengatakan, jika kita membaca sejarah Rasulullah saw dengan penuh rasa cinta, maka akan nampak fenomena yang jelas terlihat. Diantaranya adalah, keagungan dalam kehidupannya. Adapun keagungan yang dianugerahi Allah kepada baginda nabi adalah kedudukan mulia dan kewibawaan. Rasulullah saw seorang yang tawadhu', sederhana dan dekat dengan semua orang. Mereka pasti akan merasakan kemuliaan dan kewibawaan yang tidak bisa digambarkan. 

Ketika beliau berada di hadapan tokoh-tokoh pemimpin, ketua kabilah, pujangga, hartawan, serta orator, semua tertunduk kepadanya. Tidak ada seorang pun yang berani berbicara atau memotong pembicaraannya. Mereka mendengar dengan seksama, bersikap santun kepadanya dan menghormati pribadi beliau yang mulia. 

Selain itu, fenomena yang terlihat adalah keindahan. Allah Swt telah memperindah fisiknya bagaikan matahari dan bulan. Ketampanan wajahnya yang luar biasa dengan rambut yang ikal, hidung yang mancung, mulutnya yang indah, mata yang berbinar-binar lebih indah dari bintang kejora. Dua telinga dan telapak tangan yang tebal dan selembut sutra, gigi putih bagaikan salju. Serta seluruh anggota tubuh yang nampak atau tidak nampak. Wangi tubuhnya yang melebihi kasturi, siapa pun yang menyentuhnya akan meninggalkan wangi harum hingga berhari-hari. Keringatnya bagaikan buliran mutiara yang bening dan harum semerbak. 

'Aidh al-Qarni menulis, Rasulullah sangat menyukai keindahan. Beliau suka memakai pakaian yang terbaik, bersih, rapi, serasi dalam kesederhanaan. Disertai lagi dengan keindahan secara maknawi, yaitu akhlaknya yang mulia, tawadhuk, pemaaf, zuhud, pemberani, adil, kasih sayang, serta sifat-sifat mulia lainnya. 

Fenomena ketiga adalah kesempurnaan. Kesempurnaan yang dimaksud adalah secara manusiawi. Tidak ada seorangpun manusia di muka bumi ini yang mencapai kesempurnaan manusia seperti Rasulullah saw. Sebaik-baik orang pasti memiliki kelemahan dan kekurangan, tetapi Rasulullah tidak mendapatkan kekurangan walau hanya sedikit. Allah sendiri yang menganugerahinya, sehingga beliau sempurna sacara lahir dan batin. 

Menurut 'Aidh al-Qarni, jika kita melihat, berapa banyak pemimpin teragung yang pernah di kenal di dunia ini. Coba pelajari kisah hidupnya, lalu bandingkan dengan kisah hidup Rasulullah saw. Niscaya akan kita dapati Rasulullah lebih tinggi dan agung. Lihatlah kisah pemimpin yang adil, tentu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pribadi dan sejarah keadilan Rasulullah saw. 

Jika kita melihat kefasihan bahasa dari pemimpin dunia, maka tidak akan sebanding dengan kefasihan Rasulullah saw dalam menyusun kata-kata indah yang memukau. Ketika kita membaca tentang ketawadhuan kehidupan para wali Allah, ahli ibadah, dan orang-orang saleh, maka coba bandingkan dengan ketawadhuan dan kelembutan Rasulullah saw. Maka pasti akan mendapatkan perbedaan yang sangat jauh.   

Kesempurnaan manusia inilah satu-satunya yang dianugerahi Ilahi. Tiada satu orang manusia pun yang sanggup menandingi baginda nabi dalam semua aspek kehidupan. Baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Semoga Allah Swt merahmati kita dengan keberkahan dan kesempurnaan baginda Rasulullah saw dengan cintanya. []

Editor: Sayed M. Husen

*) Penulis adalah Penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah Dan Sahabat
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Fenomena Kecintaan Terhadap Rasulullah SAW

Terkini

Topik Populer

Iklan