Banda Aceh -- Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof. Dr. Mujiburrahman, M.Ag menyatakan, perdamaian di dunia adalah harapan semua penduduk di bumi ini. Menurutnya, tidak ada hak bagi siapapun menghalangi setiap individu hidup damai secara lahir dan batin.
Hal tersebut disampaikan Prof Mujiburrahman saat memberi sambutan pada pembukaan Konferensi Internasional dan AMAN Assembly yang digelar di Auditorium Prof Ali Hasjmy kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Minggu (15/10/2023) kemarin.
"Saya memandang bahwa tema yang diangkat dalam forum ini tentu memberikan daya dorong bagi siapapun di tingkat global bahwa ada sisi dan sudut bumi ini yang masih begitu mahal untuk menikmati suasana damai, salah satunya yaitu Palestina," ungkap Prof. Mujib.
Prof Mujib mencontohkan, seperti yang dialami oleh rakyat Palestina. Melalui forum ini ia berharap akan lahir rekomendasi dan aksi konkret untuk mengakhiri penderitaan saudara kita di Palestina, agar mereka dapat hidup dengan penuh kedamaian dan keamanan di negerinya sendiri.
Lebih lanjut, Mujib berharap konferensi internasional dan pertemuan forum AMAN, selain menjadi wadah silaturrahmi antar pengurus forum, para pemakalah dikalangan cendikiawan muslim di kawasan Asia. Di sisi lain juga menjadi sarana penyampaian diskusi berbagai ide, gagasan dan paradigma dala membangun peradaban umat dan peradaban dunia yang mampu mengharmonisasikan hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam alam demi mewujudkan Islam yang rahmatan Lil alamin.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden AMAN, Prof Amelia Fauzi MA mengajak para peserta berdoa atas kejadian yang berada di Gaza, Palestina.
”Saat ini menghadapi kesulitan dan eskalasi konflik yang meningkat. Kami berharap akan ada solusi untuk kejadian di Gaza. Kami berdoa agar semua orang dan pemangku kepentingan memiliki kekuatan untuk memperkuat diri mereka sendiri, duduk bersama, mengubah dan menghentikan konflik, mengubahnya menjadi perdamaian,” harapnya.
Prof Amelia menjelaskan, AMAN merupakan organisasi Muslim progresif yang didirikan untuk menjadi kekuatan penyatuan perdamaian dan tindakan sosial di Asia dalam menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Asia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1990. Sudah hampir 33 tahun berlalu. Dan organisasi ini telah menjadi jaringan tidak hanya di Asia, tetapi juga di luar Asia.
Saat ini, anggota AMAN sudah ada di berbagai negara dan jaringan, serta terus berkembang. Menurutnya, ada tiga poin tujuan AMAN, pertama, tujuan Aman adalah membangun pemahaman dan solidaritas di antara umat Muslim dan komunitas agama lain di Asia.
”Dan kami didirikan oleh para sarjana dan aktivis. Bahwa kami memiliki kombinasi sarjana, akademisi, dan juga aktivis,” ucapnya.
Dirinya juga menerangkan sejumlah sejumlah program terkait dengan Sekolah HAM, Studi Perdamaian, Fellowship Penelitian, dan banyak lainnya. Jadi, AMAN berdiri dan mendorong muslim progresif untuk fokus pada dialog intra dan antar konflik, resolusi konflik, pembangunan perdamaian, dan pemberdayaan perempuan. Hal itulah yang menjadi alasan AMAN, bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mengadakan konferensi seperti ini.
”Saat ini, Aceh memiliki sejarah yang sangat khas terkait dengan konflik sebelumnya dan tsunami. Jadi kami ingin konferensi ini membuat suara Aceh lebih besar, membuat suara umat Muslim berada pada posisi tinggi bahwa Aceh sekarang adalah tanah perdamaian,” pungkasnya.
Turut hadir dalam pertemuan ini, Presiden The Asian Muslim Action Network (AMAN), Prof Amelia Fauzia MA, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prof Dr Muiburrahman MAg, Direktur AMAN Indonesia, Ruby Kholifah. Dekan Fakultas Hukum dan Syariah UIN Ar-Raniry, Prof. Dr. Kammaruzzaman serta sejumlah peserta dari 20 negara yang hadir dalam agenda tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, hadir juga tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Teknologi Informasi, Mariana Ariestyawati. Pada sesi Planery pertama menghadirkan Ketua Lakpesdam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, MA. PhD dan Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Islam Indonesia Internasional, Prof Nina Nurmila MA PhD. Ketiganya membicarakan tentang religious inclusion dengan mengambil kacamata Indonesia. NU dan Muhammadiyah telah berkontribusi sangat positif. [Sayed M. Husen]