Iklan

terkini

[Opini] Pahlawan yang Mengantarkan Diri ke Surga

Redaksi
Minggu, Februari 19, 2023, 12:05 WIB Last Updated 2023-02-19T05:21:09Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Allah Swt merahasiakan kematian hamba-Nya. Tak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana ia akan mati. Tugas manusia hanya  mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang  datang secara tiba-tiba tanpa diduga. Namun yang  pasti akan muncul dalam rahasia Allah 'Azzawajalla.

Demikian juga dengan penyebab kematian, tak pernah ada yang dapat menerka. Ada yang mati karena sakit, kecelakaan, diterkam binatang buas, ketika tertidur nyenyak, dibunuh orang bahkan karena dianiaya sekalipun. Semua itu sudah ditetapkan Allah sejak zaman Azali. Variasi kematian yang beraneka ragam membuat kita harus selalu siap siaga menghadapinya. Bagi orang  beriman, kematian suatu hal yang dirindukan, sebaliknya bagi pendosa kematian suatu hal yang sangat menakutkan dan mengerikan.

Perihal ini berkaitan dengan sekelumit kisah seorang sahabat Rasulullah yang mati karena dianiaya. Tanpa ada firasat, seorang sahabat yang sedang menjalankan tugas mulia dari Rasulullah sebagai pengantar surat. Ternyata surga telah  menunggunya di sana. Dia adalah Habib bin Zaid. Untuk mengetahui kronologisnya, mari kita buka lembaran satu demi satu secara perlahan. Suatu kisah menyayat hati yang  menguraikan air mata. 

Dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi Saw Khalil Muhammad Khalil menulis, pada masa Rasulullah saw, muncul dua kolompok pembohong besar yang mengganggu ketenteraman umat Islam. Yang seorang muncul dari Sana'a bernama Al-Aswad bin Ka'ab Al-Ansi. Sedang yang kedua dari Yamamah bernama Musailamah Al-Kadzab. Dua manusia rendah ini mengaku dirinya sebagai nabi utusan Allah. Padahal dalam Al-Quran sangat jelas disebutkan tidak ada lagi nabi setelah Muhammad saw, karena beliau merupakan nabi akhir zaman. 

Suatu hari, datang sepucuk surat dari Muasailamah Al-Kadzab kepada Rasulullah saw, dengan isinya sebagai berikut. "Dari Musailamah utusan Allah kepada Muhammad Rasulullah, salam untukmu. Amma ba'd. Ketahuilah bahwa aku telah diangkat sebagai serikatmu dalam hal ini, sehingga kami mendapatkan separuh bumi, sedangkan separuhnya untuk kaum Quraisy. Namun ternyata orang-orang Quarisy melampaui batas."

Setelah membaca surat tersebut, Rasulullah saw memanggil sahabatnya seorang juru tulis. Rasulullah saw menyebutkan balasan surat Musailamah yang ditulis juru tulis dengan jawaban sebagai berikut, "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailamah si pembohong. Salam bagi orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba'd. Ketahuilah bahwa bumi ini milik Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan kesudahan yang baik itu akan berada di pihak orang-orang yang bertakwa."

Si pembohong ini mengira  bahwa kenabian itu bagaikan kerajaan, hingga ia  menuntut separuh wilayah beserta penghuninya harus di bagi. Surat tersebut langsung dibawa oleh utusan Musailamah. Balasan tersebut ternyata tidak menyadarkannya, bahkan semakin menyesatkan dengan terus menyebarkan kebohongan dan kepalsuannya. Ditambah lagi dengan penganiayaan terhadap orang-orang Islam  semakin meningkat. 

Menurut Khalil, menanggapi hal tersebut, Rasulullah saw kembali menulis surat untuk menghentikan kebiadaban Musailamah. Beliau menunjuk seorang sahabat mulia Habib bin Zaid untuk mengantarkan surat kepada si nabi palsu ini. Zaid menjalankan tugas dari Rasulnya dengan harapan Musailamah dapat menerima kebenaran. Musailamah si penghasut menerima surat dan membacanya, ternyata hatinya telah mati dari cahaya Ilahi, sehingga ia menyiksa Habib sang pengantar surat.

Bukan hanya itu saja, bahkan Musailamah mengumpulkan orang-orang untuk melakukan aksi penting bagi mereka. Ia mengadili Habib di depan orang banyak dengan tujuan agar Habib luluh hati kepadanya. Habib yang sudah tak berdaya dengan bekas siksaannya, kini diancam dengan  pertanyaannya, "Apakah engkau mengakui  Muhammad Rasulullah?" Habib menjawab, "Saya percaya." "Lalu apakah engkau mengakuiku sebagai utusan Allah?" Habib berkata, "Aku belum pernah mendengar tentang itu." Musailamah marah besar karena siasatnya gagal. Padahal tindakannya untuk menunjukkan kehebatannya. Hal tersebut bagai tamparan keras yang menjatuhkan wibawanya di depan khalayak. Usaha ingin menunjukkan mukjizat kepalsuannya ternyata tidak berhasil.  

Musailamah bagai seekor banteng sedang murka. Ia menyuruh algojonya menusuk Habib dengan pedangnya. Kemudian mencincang-cincang tubuhnya hingga hancur. Sungguh pemandangan menyesakkan dada dan memilukan hati. Habib tak berdaya selain hanya menyerahkan diri kepada Sang Yang Maha Pencipta. Meskipun seandainya ia berpura-pura beriman kepada Masailamah sementara hatinya tidak, itu akan menyelamatkan jiwanya. Dan keimanannya kepada Allah dan rasul-Nya tidak akan cacat karena terpaksa. Akan tetapi, Zaid tidak mau melakukan kerendahan itu.

Kematian Zaid membuat hati ibunya Nusaibah binti Ka'ab koyak hatinya. Kesedihan mendalam yang menumpahkan air mata. Sehingga ia bersumpah demi Allah akan menuntut balas atas kematian anaknya. Kesempatan tersebut Allab berikan. Pada masa khalifah Abu Bakar terjadilah perang Yamamah, yaitu perang menumpas nabi palsu. Maka kesempatan tersebut tidak disia-siakan Nusaibah. Ia ikut berjihad bersama kaum muslimin, dengan membawa pedang di tangan kanan dan tombak di tangan kirinya. Bagaikan orang yang sedang kesurupan, ia masuk ke tengah lautan manusia mencari Musailamah sambil berkata, "Dimana Musailamah musuh Allah itu?"

Musailamah tewas dan pasukannya porak poranda bagai kapas yang diterbangkan angin. Nusaibah telah memenuhi sumpahnya. Sekujur tubuhnya dipenuhi luka sabetan pedang dan tombak. Namun baginya tak terasa, karena dimatanya terbayang wajah putranya yang tersenyum bahagia di  surganya Allah. Subhanalllah, sungguh Allah Maha Benar.

Begitulah kisah pahlawan Islam yang berjuang demi tegaknya agama suci. Mari kita resapi dan hayati, sudahkah kita berjuang sebagaimana pahlawan-pahlawan Islam terdahulu. Jika tidak mari kita kuatkan barisan Islam yang sudah ditegakkan panji-panjinya oleh para mujahidin kita agar tetap kokoh dan kuat. Insya Allah,  dengan bersatu Islam pasti akan berjaya selamanya. []

*) Penulis adalah penulis Buku Menapaki Jejak Rasulullah dan Sahabat
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Pahlawan yang Mengantarkan Diri ke Surga

Terkini

Topik Populer

Iklan