
Mahasiswa KKM Umuslim sedang bergotong royong, mencabut rerumputan yang mengotori jembatan penyeberangan di Desa Darussalam. (Foto/Ist)
Pagi di Desa Darussalam selalu dimulai dengan udara segar, kicau burung, dan langkah-langkah warga yang penuh semangat.
Namun, beberapa pekan terakhir, ada warna baru yang hadir di desa ini. Sejumlah mahasiswa berbaju KKM Universitas Almuslim (Umuslim) berjalan bersama warga, bukan sekadar tamu, tapi bagian dari keluarga besar desa. Mereka datang membawa ilmu, tenaga, dan hati yang tulus untuk mengabdi.
Di bawah terik matahari, peluh mengalir di wajah mereka saat bergotong royong membersihkan masjid. Tangan-tangan yang biasanya memegang pena kini mencangkul tanah untuk menanam TOGA—tanaman obat keluarga yang kelak bermanfaat bagi warga.
Sore hari, tawa anak-anak SD pecah saat mereka diajarkan pentingnya menjaga kebersihan dan semangat belajar. Malamnya, suasana khusyuk tercipta saat mereka duduk bersila mengikuti pengajian bersama warga. Bahkan, di sudut-sudut desa, mereka membantu pemasangan listrik, menerangi rumah yang sebelumnya gelap.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Umuslim, Dr. Afkar.,M.Pd pada media ini Senin, 11 Agustus 2025 mengaku tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Apa yang dilakukan mahasiswa di Desa Darussalam adalah bukti bahwa pengabdian bukan hanya tugas, tapi panggilan hati," kata Afkar.
Mereka hadir, bekerja, dan menyatu dengan masyarakat. Setiap senyum warga, setiap ucapan terima kasih, adalah penghargaan yang tak ternilai. Saya berharap nilai-nilai kebersamaan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial ini akan mereka bawa sepanjang hidup,” lanjutnya.
Berikut dalam kesempatan terpisah, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dani Pratama Putra, S.Pi., M.Ling, memberikan pesan motivasi yang menggugah.
“Di sini mahasiswa belajar bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hal-hal kecil. Menyapu halaman masjid, menanam satu pohon TOGA, atau menyalakan lampu di rumah yang gelap, semuanya adalah benih kebaikan. Dan ketika benih itu tumbuh, ia akan memberi manfaat yang jauh melampaui masa pengabdian mereka. Saya ingin mahasiswa mengingat bahwa ilmu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk menerangi hidup orang lain,” ungkapnya.
Di akhir hari, senyum anak-anak, cahaya lampu baru di rumah warga, dan masjid yang kini bersih menjadi bukti nyata bahwa keringat yang jatuh di tanah Darussalam telah berubah menjadi harapan.
Sebuah harapan untuk desa yang lebih hidup, dan generasi yang lebih kuat. "Setiap tetes keringat adalah doa. Setiap senyum adalah hadiah. Dari Darussalam, kami belajar: mengabdi itu membahagiakan," pungkas Dani. [Hamdani]