Aceh Besar -- Ramadan belum lama berlalu, namun kita sudah merasakan dan menyaksikan kondisi kita sudah kembali ke waktu sebelum Ramadan hadir. Hari-hari yang selama Ramadan terdengar lantunan Qur’an menggema di berbagai tempat dan kalangan, kini kembali sepi. Masjid-masjid yang ramai, hanya diisi oleh segelintir jamaah. Nuansa ibadah berganti menjadi seremoni ramah tamah.
Pengurus Wilayah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Aceh, Ustaz H. Mubashshirullah, Lc, M.Ag menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Nurul Jadid, Gampong Lampeuneuen, Kecamatan Darul Imarah, Jumat, (19/04/2024).
Anggota Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh ini menjelaskan, fenomena ini akan terus disaksikan dan dirasakan. Pengaruh dan efek ibadah yang sudah dilaksanakan dapat berubah kembali seperti sedia kala.
"Seakan kita hanya beribadah di bulan Ramadan saja. Kita hadir ke masjid saat Ramadan saja. Kita tilawah Al Qur’an hanya pada bulan Ramadan. Kita bersedekah juga karena Ramadan. Inilah yang terus diperingatkan oleh para salafussaleh, agar kita senantiasa berusaha istiqamah dalam ketaatan," katanya.
“Istiqamah adalah obat agar kita terus bisa konsisten dalam ketaatan. Istiqamah berasal dari kata istiqaama-yastaqiimu, yang berarti tegak lurus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen,” lanjutnya.
Ustaz Mubashshirullah menjelaskan, dalam terminologi akhlak, istiqamah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman, sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Seseorang yang istiqamah laksana batu karang di tengah-tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun walau dipukul oleh gelombang yang bergulung-gulung.
Tambahnya, para sahabat Rasulullah saw juga sering menyebutkan makna dan pengertian istiqamah. Ali bin Abi Thalib mengartikan istiqamah dengan melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah. Sedangkan Umar bin Khattab mendefinisikannya sebagai suatu hal yang bertahan pada satu perintahdan tidak melakukan suatu apapun yang dilarang.
Sahabat Usman bin Affan menyebutkan bahwa istiqamah berkaitan dengan keikhlasan. Adapun Abu Bakar Ash Shiddiq memaknainya dengan perbuatan yang tidak menyekutukan Allah SWT atau tidak melakukan perbuatan syirik.
Ustaz Mubashshirullah menambahkan, beberapa amalan yang dapat membantu kita istiqamah dalam kebaikan, luruskan niat dan tujuan kita beribadah; memaknai kembali makna syahadat; senantiasa membaca Al Qur’an; berkumpul dengan orang-orang saleh; serta berdoa dan memohon keteguhan hati kepada Allah Swt.
“Semua berpulang kembali kepada diri kita masing-masing. Apakah kita mau berupaya untuk konsisten pada ketaatan ataupun tidak. Semua akan kita tuai hasilnya. Maka berusahalah menggapai istiqamah, karena ia lebih baik daripada 1000 karamah,” pungkasnya. [Sayed M. Husen]