
Oleh : Bahriar Syah, S,Sos I*)
Zaman digital juga memberikan kejutan baru kepada keluarga Muslim. Informasi yang mudah ditemukan, media sosial yang digunakan untuk berinteraksi banyak, dan gaya hidup cepat sering mengurangi kebersamaan dan spiritualitas.
Setiap tanggal 29 Juni, Indonesia merayakan Hari Keluarga Nasional (Harganas). Inilah saatnya untuk merenungkan kembali peran strategis keluarga sebagai fondasi utama pembangunan bangsa. Pada tahun 2025, perayaan Harganas semakin penting karena banyaknya perubahan sosial, budaya, dan teknologi yang terjadi di masyarakat. Saat ini, keluarga tidak hanya perlu beradaptasi, tetapi juga harus menjaga nilai-nilai yang baik, terutama dalam konteks keluarga Islam yang menjadi pilar moral dan spiritual umat.
Pemerintah melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN telah mengutamakan keluarga dengan meluncurkan Akademi Keluarga pada Harganas 2025. Tujuannya adalah untuk membangun pola pikir baru bahwa nasib Indonesia ditentukan oleh unit terkecil, yaitu keluarga. Semua persoalan bangsa, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga masalah sosial, bermula dan berakhir di dalam keluarga. Jika keluarganya baik, maka bangsa pun akan baik.
Definisi Keluarga Islami di Era Modern
Keluarga Islami, dalam pandangan beberapa ulama adalah keluarga yang senantiasa mengabdi kepada Allah SWT, mengikuti peraturan-peraturan-Nya di dalam rumah, dan menjadi perwakilan Allah di muka bumi. Tiap anggota keluarga faham dan melaksanakan hak dan tanggung jawabnya menurut syariat. Suami bertanggung jawab memberikan nafkah dan membimbing istri dan anak-anak, sedangkan istri mendidik dan menjaga kehormatan keluarga. Anak-anak juga diajari berbakti dan taat pada orang tua, serta menjaga akhlak yang baik.
Dalam konteks saat ini, keluarga Islam tidak hanya beribadah, tetapi juga menjadi contoh dalam menyikapi berbagai persoalan zaman: kompleksitas informasi, pergeseran nilai, dan mudahnya mengakses berbagai hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Keluarga Islam saat ini adalah keluarga yang mampu mempertahankan prinsip, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Keluarga Sebagai Madrasah Pertama
Islam menempatkan keluarga sebagai sekolah pertama bagi seorang anak. Di dalam keluarga, anak belajar tentang iman, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Tujuan menikah dalam Islam adalah untuk membentuk rumah tangga yang tenteram, penuh cinta dan kasih sayang, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Ar-Ruum ayat 21. Nilai-nilai tersebut akan menjadi pelindung utama dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, seperti kemerosotan moral, individualisme, dan ancaman disintegrasi sosial.
Tantangan Keluarga Islami di Era Digital
Zaman digital juga memberikan kejutan baru kepada keluarga Muslim. Informasi yang mudah ditemukan, media sosial yang digunakan untuk berinteraksi banyak, dan gaya hidup cepat sering mengurangi kebersamaan dan spiritualitas. Remaja dan anak-anak bisa dipengaruhi oleh konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan paham radikal. Di sisi lain, orang tua sering kali terlalu sibuk dengan pekerjaan atau gadget, sehingga komunikasi di dalam keluarga menjadi tidak sebaik sebelumnya.
Keluarga Muslim masa kini harus mampu menjadi wali utama bagi anggota keluarga mereka. Orang tua harus meningkatkan pengetahuan mereka tentang teknologi, mengawasi penggunaan gadget, dan menanamkan nilai-nilai Islam secara teratur. Kegiatan bersama keluarga seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, atau berdiskusi tentang isu-isu terkini dapat meningkatkan ikatan emosional dan spiritual dalam keluarga.
Di era kekinian setidaknya ada empat langkah utama dalam membentuk keluarga Islami diantaranya memperkuat tauhid dan ibadah. Keluarga harus menanamkan keimanan yang kuat dan sering beribadah bersama, seperti shalat berjamaah, puasa, dan membaca Al-Qur'an.
Kemudian menjalankan semua ajaran agama atau hukum agama dalam setiap keputusan keluarga, termasuk dalam pendidikan, ekonomi, dan pergaulan. Langkah selanjutnya adalah bagaimana menjadi teladan dalam perbuatan baik. Orang tua harus menjadi contoh yang baik dalam hal kejujuran, kesederhanaan, dan tanggung jawab. Apa pun yang diamati ditiru di rumah.
Yang terakhir yaitu komunikasi yang terbuka dan saling mendengarkan adalah kunci keluarga yang harmonis. Masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga perlu dibicarakan dengan penuh kasih sayang.
Keluarga Islami: Pilar Peradaban dan Generasi Emas
Keluarga Islam yang damai adalah dasar pertama dalam membangun masyarakat yang kuat dan beradab. Keimanan yang sama adalah perekat yang menyatukan setiap anggota keluarga. Berdoa bersama, berpuasa bersama, dan melakukan perbuatan baik menciptakan ikatan spiritual yang kuat. Jika dalam keluarga dipenuhi dengan kasih sayang, belas kasih, dan nilai-nilai luhur, masyarakat akan menjadi akrab dan saling peduli.
Peringatan Harganas 2025 juga mengedepankan penguatan fungsi keluarga dalam menopang tumbuh kembang anak, misalnya melalui program edukasi gizi, mendongeng, serta fasilitasi administrasi kependudukan. Semua ini dimaksudkan untuk menciptakan generasi emas yang sehat, cerdas, dan berkarakter.
Hari Keluarga Nasional 2025 merupakan saat yang sesuai untuk berintrospeksi kembali mengenai peran keluarga dalam membangun masyarakat. Keluarga Islami sekarang harus dapat menjadi pelindung moral, spiritual, dan sosial di tengah keruntuuhan perubahan. Dengan memperkuat nilai tauhid, membangun komunikasi yang baik, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, keluarga Muslim di Indonesia dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan bangsa yang beradab, sejahtera, dan disukai oleh Allah SWT.
Mari kita buat keluarga kita bukan hanya sebagai tempat berlindung, tapi juga sebagai tempat untuk mendapatkan pahala dan sekolah utama bagi generasi masa kini. Jika keluarga baik, Indonesia akan baik. Selamat Hari Keluarga Nasional 2025!.[]
Editor: Fauzi
*Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Kemenag Kabupaten Bireuen