Iklan

terkini

Prof. Muhadjir, Menteri Kabinet Jokowi yang Low Profile

Redaksi
Sabtu, Maret 04, 2023, 13:37 WIB Last Updated 2023-03-04T06:37:27Z

Saat mulai bertutur, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PKM) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P (kanan) bersama penulis, saat kunjungan kerja ke Aceh (Foto/Ist)

"Bukan penampilannya yang penting, tapi isinya..'

Saat mulai bertutur, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PKM) Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P memohon maaf dengan penampilannya yang terkesan tidak resmi.

"Mohon maaf jika baju saya seperti ini, tadi rencana mau gowes, tapi saya dibisiki oleh staf, bahwa sudah ditunggu. Ya sudah, saya langsung ke mari," kata Muhajdir saat melakukan kunjungan kerja ke Gampong Matang Glumpang Dua Meunasah Dayah, Kabupaten Bireuen, Aceh dalam rangka dialog percepatan penurunan stunting dan penghapusan kemiskinan ekstrim pada Sabtu, 04 Maret 2023.

"Yang penting bukan bajunya, tapi tujuannya tercapai," lanjutnya lagi.

Muhadjir memang terkesan low profil, dengan baju kaos dan celana olahraga, dia terus berinteraksi dengan masyarakat.

Ada momen lucu yang ditangkap oleh media ini, saat Manteri Menko PKM ini memanggil seorang kepala desa, dia menanyakan, berapa orang warga desa tersebut yang hamil.

Lalu, kepala desa itu menjawab. "Enam orang pak."

"Lah, masak iya enam orang?" Pungkasnya.

"Benar pak, memang segitu yang lagi hamil," jawab kepala desa bersikukuh.

"Lalu, siapa yang menghamilinya?" Tanya Muhadjir, yang disambut gelak tawa warga yang hadir dalam pertemuan itu.

Ada hal lainnya yang istimewa yang dilakukan oleh mantan Rektor Universitas Muhamdiyah Malang (UMM) saat melakukan kunjungan kerja ke Gampong Matang Glumpang Dua Meunasah Dayah, yakni iya tak mau terikat dengan birokrasi yang ketat. Buktinya, jadwal kunjungannya hanya 30 menit, bisa molor menjadi dua jam.

"Itu membuktikan beliau nyaman berdialog, kalau tak nyaman, bisa saja 10 menit dia cabut," kata seorang staf kementerian.

Padahal kehadirannya sudah ditunggu dalam agenda lain, yakni membuka Musyawarah Wilayah (Musywil) ke-39 Muhammadiyah dan Aisyiyah Aceh yang dilaksanakan di Bireuen, Sabtu dan Minggu (4 – 5 Maret 2023). Tapi begitulah Prof. Muhadjir.

Saat akan pulang, Prof. Muhadjir juga masih sempat singgah di Kantor Geuchik Gampong Matang Glumpang Dua Meunasah Dayah, ada banyak penganan tradisional yang telah disediakan untuk menjamu, karena sudah terburu-buru, Muhadjir sempat mengambil sekotak jagung rebus yang sudah dicampur dengan baluran kelapa.

"Saya ambil ini aja satu ya," kata Muhadjir bergegas keluar.

Nah, lantas siapakah Prof. Muhadjir?

Dari beberapa literatur yang dikumpulkan oleh media ini menyebutkan, ia didapuk menjadi menteri saat berusia 60 tahun. Namanya sontak menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.

Meski sudah puluhan tahun di dunia pendidikan, namanya baru menasional saat  terjadi perombakan kabinet oleh Presiden Joko Widodo. Pada 27 Juli 2016, ia dilantik Presiden Joko Widodo menjadi menteri pendidikan menggantikan Anies Baswedan.

Sehari menjadi menteri pendidikan, Muhadjir menuai protes dari masyarakat. Sebagai menteri baru, ia melontarkan gagasan full day school, konsep seharian penuh anak-anak di sekolah. Tak lama setelah itu, ia pun meminta maaf karena adalah kesalahpahaman terhadap gagasannya.

Pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956, adalah anak keenam dari sembilan bersaudara dari pasangan Soeroja dan Sri Soebita. Muhadjir Effendy menghabiskan masa remaja di kota kelahirannya. Ia berhasil meraih sarjana muda di IAIN Malang (sekarang menjadi Universitas Islam Negeri Malang) dan Sarjana Pendidikan Sosial di IKIP Malang.

Tak berhenti sampai di situ, Muhadjir Effendy juga melanjutkan kuliah pasca sarjana program Magister Administrasi Publik (MAP) di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menamatkan program studinya tahun 1996. Sedangkan, gelar doktor diraihnya tahun 2008 di Universitas Airlangga, Surabaya dengan program studi Ilmu Sosial. Selain pendidikan formal, Muhadjir Effendy  mengikuti kursus di National Defence University, Washington DC dan  Victoria University, British Columbia, Canada.
 
Ia mengawali kariernya di Universitas Muhammadiyah Malang (UNM) dari karyawan honorer, dosen, kemudian mulai menjabat sebagai Pembantu Rektor III, lalu sebagai Pembantu Rektor I, hingga akhirnya ia mendapat kepercayaan untuk menjadi Rektor UMM pada tahun 2000 dan sukses menjabat selama 3 periode hingga tahun 2016.  Ia juga telah mengabdi sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Malang.
 
Selain meniti karier pendidikan, ia juga aktif di berbagai organisasi. Bagai buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Muhadjir Effendy juga mengikuti jejak sang ayah Soeroja yang turut aktif di berbagai organisasi. Ia juga menjadi pengurus Muhammadiyah mulai dari tingkat ranting sampai pimpinan pusat.

Muhadjir juga aktif sebagai anggota Dewan Pembina Ma’arif Institute for Culture and Humanity.
 
Ada keahlian lain yang dimiliki Muhadjir, ia juga aktif dalam dunia tulis menulis. Banyak buku yang dihasilkan dari tangannya, antara lain “Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan” dan “Bunga Rampai Pendidikan”. Dunia tulis menulis bukan hal baru bagi Muhadjir, sejak mahasiswa ia sudah aktif sebagai wartawan kampus. Ia pun mendirikan surat kabar kampus UMM, BESTARI pada 1986. Ia juga juga merupakan penulis artikel lepas di beberapa media massa nasional. [Hamdani]
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Prof. Muhadjir, Menteri Kabinet Jokowi yang Low Profile

Terkini

Topik Populer

Iklan