Bireuen - Sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh mengikuti pelatihan Digital Security atau keamanan platform digital. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Kamis, (16/03/2023) kemarin di Bireuen.
Ketua AJI Bireuen Bahrul Walidin pada media ini mengatakan, kegiatan pelatihan Digital Scurity tersebut difasilitasi AJI Indonesia dengan dukungan Google News Initiative yang merupakan tindak lanjut dari Training of Trainer (ToT) Digital Safety di Jakarta, pada pertengahan Februari 2023 lalu, yang diikuti sekitar 20 perwakilan AJI di Indonesia.
Pelatihan tersebut merupakan Program AJI Indonesia bertujuan agar anggota AJI memahami bagaimana mengamankan platform media dari serangan cyber.
“Pelatihan Digital Security agar jurnalis bisa memahami bagaimana keamanan digital, dan tidak menimbulkan kerugian akibat serangan di dunia maya,” ujar Bahrul
Bahrul Walidin berharap Anggota AJI Bireuen agar mengikuti kegiatan tersebut dengan serius yang disampaikan oleh nara sumber.
“Saya harapkan kepada teman-teman agar materi pelatihan disampaikan nara sumber, dapat diserap dengan baik dan dapat menambah wawasan,” harap Bahrul Walidin.
Pemateri kegiatan disampaiakan oleh Sekretaris AJI Lhokseumawe Jafaruddin menyampaiakan Konsep dan bentuk serangan digital pada jurnalis, keamanan perangkat, mengelola identitas, keamanan komunikasi dan mitigasi liputan beresiko.
“Serangan digital ini bisa juga menjadi serangan fisik, termasuk serangan kasar maupun serangan halus, maka menyarankan para jurnalis untuk jeli dalam memilih dan mengelola peramban (browser) termasuk memastikan keamanan password,” jelas Kepala Biro Serambi Indonesia Wilayah Lhokseumawe itu.
Menurut Jafaruddin menguatnya penggunaan internet dan perangkat digital juga membuka pintu akan terjadinya serangan digital.
Tujuannya untuk merusak dan mencuri data, hingga menyerang pribadi seseorang di dunia maya.
“Salah satu kelompok rentan terhadap serangan digital adalah jurnalis. Ini tak lain, lantaran profesi mereka menuntut penyampaian fakta ke hadapan publik. Di sisi lain, ada pihak yang merasa gerah dengan penyampaian fakta tersebut,” papar Jafaruddin
Pada kesemparan tersebut Jafaruddin juga menekankan soal penggunaan password dan mengelola identitas diri jurnalis harus menggunakan password berbeda untuk setiap akun media sosial dan perangkat digital mereka.
Hal ini agar lebih aman, pola-pola tersebut mesti kombinasi antara kalimat, angka, dan simbol.
“Ini sering diabaikan. Kadang satu password untuk semua medsos. kalau begitu, bisa jebol semua medsos kalau password satu ketahuan,” ungkapnya
Pada akhir penyampaianya
Jafaruddin berharap peserta dapat segera mengelola dan menerapkan keamanan digital.
Ini tak lain demi keamanan dan kenyamanan mereka sendiri dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya. [Zulkifli]