Iklan

terkini

[Opini] Pujian Setelah Meninggal

Redaksi
Selasa, Februari 14, 2023, 12:48 WIB Last Updated 2023-02-14T06:05:59Z
Oleh: Sayed Muhammad Husen*)

Beberapa kali saya menghadiri pelepasan jenazah yang disertai konten pidato pelepasan jenazah yang meminta kesaksian hadirin, bahwa almarhum adalah orang baik dalam masyarakat. Hal ini tentu saja tidak saya temui di Lampanah Indrapuri dan beberapa tempat lain.  

Saya tanyai kepada seorang sahabat, mengapa teungku yang menyampaikan pidato pelepasan jenazah  meminta kesaksian hadirin, padahal dalam kehidupan sehari-hari mungkin saja secara kasat mata diketahui, almarhum belum tentu orang baik. Sahabat ini menyatakan kurang tahu.  

Saya mencoba menghubungkan bahwa manusia memang patut dipuji. Pemuji kebaikan seseorang pun akan mendapat ridha Allah Swt, sebab memuji adalah kebaikan yang membuat saudara seiman senang dan bahagia. Tentu saja memuji dengan tanpa tendensi apa-apa. Memuji dengan iklas. Logikanya, kita boleh memuji manusia sampai akhir hayat. 

Anggota MPU Banda Aceh, Tgk Bustaman Usman mengatakan, pelayat jenazah diminta meringankan beban jenazah yang sedang menghadapi kematian. Salah satu caranya dengan membangun prasangka baik. Dan itu pula bagian dari tafsir terhadap ajaran berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat) dan perintah nasihat-menasihati dalam kesabaran.     
Dalam konteks ini, saya mendapati hadis tentang memuji orang yang telah meninggal: "Jenazah pertama kalian puji dengan kebaikan, maka dia berhak mendapat Surga. Jenazah kedua kalian cela, maka dia berhak mandapat Neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi."  (HR  Bukhari 1367 dan Muslim 949). 
  
Pujian orang yang disampaikan langsung di hadapan kita, kadang kala sarat dengan tendensi dan kepentingan. Pujian orang yang disampaikan ketika kita tiada, itulah pujian yang sebenarnya. Karena itu, seringkali pujian setelah meninggal akan lebih baik menjadi buah bibir (positif), dibandingkan puja puji di dunia. 

Dalam hal ini, Nabi Ibrahim as berdoa yang Allah sebutkan dalam Al-Quran. Beliau memohon agar menjadi buah bibir setelah beliau meninggal: "Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (QS  As-Syu’ara: 84).

Ibrahim as memohon kepada Allah, agar dia diberi taufik untuk menjadi sumber kebaikan, sehingga semua orang memuji beliau, hingga hari kiamat. Karena pujian manusia adalah kesaksaian mereka atas perbuatan dan perilaku kita di dunia.

Allah Swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim as, sehingga beliau menjadi buah bibir, perbincangan, dan inspirasi bagi umat manausia hingga akhir zaman. Nabi Ibrahim as  menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan dan mendapat gelar ulul azmi dari Allah Swt. 

Dalam kehidupan masa Rasulullah saw terdapat kisah pujian dan sebalik mengomentari negatif orang yang telah meninggal. Hal ini kita ketahui dari dari hadis: Anas bin Malik ra, beliau menceritakan, suatu ketika para sahabat melihat seorang jenazah yang diangkat menuju pemakamannya. Merekapun memuji jenazah ini. Kemudian Nabi saw bersabda: "Wajib, wajib, wajib."

Tidak berselang lama, lewat jenazah lain. Kemudian para sahabat langsung mencelanya. Seketika, Rasulullah saw bersabda: "Wajib, wajib, wajib." Umar pun keheranan dan bertanya: "Apanya yang wajib?" 

Jawab Nabi saw: "Jenazah pertama kalian puji dengan kebaikan, maka dia berhak mendapat Surga. Jenazah kedua kalian cela, maka dia berhak mandapat Neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi."  (HR  Bukhari 1367 dan Muslim 949). 

Jadi seharusnya kita menjadi manusia yang senantiasa menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi banyak orang, sehingga mereka menjadi saksi atas kebaikan kita. Mereka bersaksi atas kebaikan itu hingga kita menjadi jenazah. Menjadi buah bibir kebaikan selamanya. []

*) Penulis adalah PNS di Baitul Mal Aceh
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Pujian Setelah Meninggal

Terkini

Topik Populer

Iklan