Iklan

terkini

[Opini] Wanita Syahid yang Meninggal di Lautan

Redaksi
Minggu, Januari 22, 2023, 14:57 WIB Last Updated 2023-01-22T07:57:07Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)

Jika kita hayati berbagai  kisah-kisah terdahulu, ternyata srikandi-srikandi Islam di masa Rasulullah saw luar biasa hebatnya. Jauh lebih pemberani menghadapi berbagai resiko dalam berjihad meskipun nyawa taruhannya. Dengan bermodalkan keimanan dan ketakwaan, mereka berjuang membela agama Allah dengan segenab jiwa dan raga. Tanpa mengenal rasa takut apalagi pengecut. Para wanita-wanita tangguh yang siap berjuang  mengorbankan jiwa raga demi tegaknya Islam di atas permukaan bumi ini.

Untuk itu, mari kita simak kisah perjalanan hidup seorang perempuan mulia yang hebat Ummu Haram binti Milham bin Khalid, Al-Anshariyah An-Najjariyah Al-Madaniyah. Wanita pemberani dan kesatria yang rela mengorbankan dirinya mati syahid. Dalam bukunya Biografi 35 Shahabiyah Nabi SAW, Syikh Mahmud Al-Mishri menuturkan bahwa ia ternyata saudara kandung Ummu Sulaim (Ghumaisha), bibi sahabat mulia Rasulullah Anas bin Malik. Mereka keduanya kesatria yang syahid di medan peperangan. Jika Ummu Sulaim syahid setelah perang Uhud, maka Ummu Haram syahid selesai perang Qubruz dalam peristiwa Ba'ru Ma'unnah. Sementara anak-anaknya Qais bin Amru bin Qais dan Amr bin Qais bin Zaid keduanya syahid dalam perang Uhud. 

Pengorbanan apalagi yang kurang cukup bagi keluarga Milham. Anak-anak perempuan dan suaminya, bahkan cucu-cucunya ikut syahid sebagai syuhada, baik anak Sulaim maupun Haram. Semangat juang membara dalam jiwa yang berlandaskan iman dan takwa. Selain itu, Ummu Haram termasuk diantara wanita yang memproklamirkan Islam sebelum Rasululah hijrah ke Madinah. Ia seorang dai yang mengenalkan Islam kepada sesama kaum wanita Madinah. Kedatangan Rasulullah ke Madinah sangat diharapkannya, sebab akan menjadikan cahaya ilmunya  semakin terang. Karena ia mendapatkan kesempatan  didikan langsung dari Rasulullah tentang Islam.

Syaikh Mahmud menyebutkan bahwa, seiring berjalannya waktu, tibalah saatnya Ummu Haram  bersuami. Ia menikah dengan seorang lelaki hebat yang yang setara dengan seribu lelaki, yang disebut dengan Umar bin Al-Khathab. Dia adalah Ubadah bin Shamit. Seorang kesatria militan pimpinan kaum Khajraj. Anak dari Shamit bin Qais bin Khajraj, sedangkan ibunya Quratul Aini binti Ubadah. Dari pernikahan Ubadah dengan Ummu Haram dikarunia anak Muhammad bin Ubadah. Ummu Haram istri terbaik bagi Ubadah, demikian sebaliknya. Ubadah suami terbaik bagi Haram. Mereka hidup bahagia berdasarkan keimanan dan ketakwaan. 

Ummu Haram memiliki banyak keutamaan, diantaranya ia seorang penghafal dan memahami hadits-hadist Rasulullah saw. Bahkan, ia dapat meriwayatkan lima hadits dari beliau yang disepakai sahih. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh suaminya Ubadah, Anas bin Malik, Umair bin Aswad dan lain-lain. Haram sangat mengutamakan Rasulullah ketika beliau berkunjung. Ia seorang yang murah hati dan selalu mengutamakan kepentingan orang banyak, terutama kaum Muhajirin dari pada kepentingan sendiri. Jiwanya bersih dan terhindar dari kotoran dan perhiasan duniawi. 

Menurut Syaikh Mahmud, kedudukannya di hati  Rasulullah sangatlah dekat. Rasulullah menaruh hormat kepadanya. Memuliakannya dengan sering berkunjung ke rumahnya di Quba. Tak berbeda dengan Ummu Sulaim. Rasulullah sangat memuliakan mereka dengan  sering  mendoakannya. Beliau terkadang tidur siang di kediaman mereka. Anas bin Malik pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah masuk ke kediaman kami, yang ada di rumah hanya beliau, aku, ibuku dan bibiku Ummu Haram. Beliau kemudian berkata, "Bangunkanlah aku akan mengimami kalian shalat." Beliau kemudian mengimami kami shalat di luar waktu shalat wajib. 

Bagi sang pejuang fisabilillah, tak ada yang paling indah selain mati  syahid. Ummu Haram ikut suaminya Ubadah ke lautan. Mereka mengarungi lautan untuk berperang. Abul Hasan bin Atsir menyebutkan perang itu dengan perang Qurbuz. Peperangan tersebut dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sofyan pada masa khalifah Usman bin Affan tahun 27 Hijriah. 

Namun, ketika pulang dari peperangan tersebut, bighal (keturunan keledai dan kuda) didekatkan kepada Ummu Haram untuk dinaiki, sehingga suatu peristiwa mengenaskan terjadi. Hewan tersebut  menjatuhkannya hingga mengalami patah leher. Ummu Haram pun meninggal sebagai syuhada. Lalu, ia dimakamkan di kepulauan Cyprus. Makamnya diberi nama dengan makam wanita salihah, sehingga para penduduk Ciprus sering menziarahinya. 

Begitulah sekelumit kisah srikandi Ummu Haram,  pahlawan Islam yang dimuliakan dan diberkahi. Ia tergolong wanita penghuni surga sebagaimana dikabarkan Rasulullah dengan sabdanya, "Pasukan pertama diantara umatku yang mengarungi lautan telah mewajibkan," maksudnya surga wajib bagi mereka. Ummu Haram berkata, "Wahai Rasulullah, aku termasuk diantara mereka? "Kau termasuk diantara mereka," jawab  Rasulullah. Semoga Allah Swt merahmatinya. []

*) Penulis Buku Menapaki Jejak Rasululllah dan Sahabat
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Wanita Syahid yang Meninggal di Lautan

Terkini

Topik Populer

Iklan