Oleh: Fadhilah Aini*)
Manusia sebagai makhluk Allah di muka bumi berperan sebagai khalifah yang mengelola bumi ini, membutuhkan iman yang kuat dan pendidikan yang memadai dalam menjalani kehidupan.
Proses peningkatan iman dan pengembangan pendidikan untuk mendapatkan pengetahuan diharapkan mampu membawa manusia kearah yang lebih baik.
Peningkatan keimanan dan pengembangan pendidikan manusia dimulai sejak seorang anak dilahirkan, sebab pada fase tersebut anak akan melewati proses penting yang kemudian menentukan masa depan, menjadi apa dan akan kemana kehidupannya diarahkan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari lingkungan tempat tinggal dan belajar, baik lingkaran keluarga, masyarakat, serta tempat-tempat yang dikunjungi (pengalaman).
Idrus Aqibuddin dalam tulisannya Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Aqidah Anak menyebutkan ayat-ayat Al-Quran yang menjadi landasan peran dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik aqidah anak, diantaranya Surat Al Baqarah ayat 132-133:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’kub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.
Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.
Ayat-ayat tersebut menerangkan, bagaimana Ibrahim mendidik aqidah anaknya, begitu juga yang dilakukan oleh Ya’kub. Hal itu dilakukan karena Ibrahim AS sebagai orang tua mempunyai peran dan tanggung jawab aqidah terhadap anaknya sepeninggal beliau.
Anak adalah amanah yang Allah Swt titipkan dan akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Menjadikan anak sebagai seorang muslim perlu tanggung jawab dan kerja keras orang tua, sebab iman dan akhlak yang mulia ditumbuhkan dari cara orang tua mengenalkan Allah Swt.
Hal ini sesuai pula dengan perintah Allah Swt dalam Quran surah At-Tahrim ayat 6, “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”.
Ayat tersebut mengungkapkan, orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga, memikul tanggung jawab terhadap anak, yaitu mengenalkan tentang iman dan amal ma'ruf nahi mungkar.
Lalu, bagaimana cara orang tua membimbing seorang anak supaya menjadi pribadi muslim yang beriman, berakhlak, dan memiliki ilmu pengetahuan yang memadai? Antara lain dapat dilakukan dengan, pertama, mengenalkan siapakah yang menciptakan alam semesta ini, yang bergerak sesuai porosnya, yang tidak memiliki kecacatan atas ciptaannya. Kedua, membiasakan anak berada dalam lingkungan yang positif dan mendapatkan pendidikan yang sesuai syariat Islam.
Dalam kaitan ini, penyair Mesir yang terkenal sejak awal abad ke-20, Hafiz Ibrahim, mengungkapkan, “Al ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”. Artinya, ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.
Dari ungkapan tersebut, dapat dipahami, bahwa orang tua menjadi hal terpenting dalam kehidupan anak dan sepatutnya mereka memiliki tujuan dan misi besar dalam mendidik anak menjadi pribadi muslim yang sempurna: kuat imannya, sehat fisik, baik akhlaknya, serta tinggi pendidikannya.
Oleh sebab itu, peran orang tua, terkadang mengharuskan menjadi sahabat bagi anak, pendidik, dan pendorong (motivator). Orang tua, sebagaimana perintah Al-Quran, harus mendidik anak dengan menguatkan iman, memperbaiki akhlak, memberikan keteladanan, serta memotivasi anak supaya menuntut ilmu pengetahuan setinggi mungkin. Anak didorong supaya belajar hingga akhir hayat.
Jadi orang tua yang sukses adalah yang mampu menjadikan anaknya seorang yang beriman kepada Allah Swt, memiliki akhlak mulia, dan mewariskan generasi yang berkualitas, yaitu anak yang sehat dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, supaya mereka mampu memerankan fungsinya sebagai khalifah di permukaan bumi. []
*) Penulis adalah mahasiswi FKIP PPKN Universitas Syiah Kuala (USK)
