DR.Tgk. Jamaluddin Ar, S.Pd Sumatera Crisis Center Peusangan Raya. (Foto/ Hamdani)
Liputan: Hamdani | Bireuen
Menyikapi dampak serius banjir bandang yang melanda Aceh dan melumpuhkan kehidupan masyarakat, warga Peusangan Raya membentuk Sumatera Crisis Center sebagai wadah penggalangan dan penyaluran bantuan kemanusiaan agar lebih terarah, tepat sasaran, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Air bah itu datang tanpa aba-aba. Menyapu rumah, sawah, meunasah, dan harapan. Banjir bandang yang melanda berbagai wilayah di Aceh tidak hanya merenggut harta benda, tetapi juga melumpuhkan denyut perekonomian warga.
Di tengah luka kolektif itulah, sebuah kesadaran tumbuh dari akar rumput: masyarakat tak boleh hanya menjadi korban, tetapi juga bagian dari solusi.
Kesadaran itulah yang melahirkan Sumatera Crisis Center Peusangan Raya, sebuah wadah sosial yang dibentuk oleh masyarakat Peusangan Raya sebagai respon langsung atas krisis kemanusiaan yang terjadi. Informasi ini disampaikan DR.Tgk. Jamaluddin Ar, S.Pd.. yang merupakan ketua wadah itu kepada media ini Sabtu, 27 Desember 2025.
“Kami merasa terpanggil. Tidak mungkin hanya menonton penderitaan saudara-saudara kami,” ujar Tgk. Jamaluddin kepada media ini.
Tambah Tgk. Jamaluddin, pembentukan Sumatera Crisis Center Peusangan Raya bukanlah sekadar simbol solidaritas, melainkan upaya nyata untuk menata gerakan kemanusiaan agar lebih terarah, sistematis, dan bertanggung jawab. Organisasi ini dirancang sebagai pusat pengumpulan donasi sekaligus saluran distribusi bantuan yang tepat sasaran.
"Tujuan utamanya jelas,
mempermudah pengelolaan bantuan, memastikan distribusi yang adil, serta menjamin seluruh kegiatan dapat dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku," katanya.
Menurut Tgk. Jamaluddin lagi, dalam kondisi darurat, ketepatan dan kecepatan menjadi kunci. Namun lebih dari itu, kepercayaan publik harus dijaga.
“Setiap rupiah, setiap paket bantuan, harus sampai ke tangan yang benar,” tegasnya.
Menyentuh Titik-Titik Paling Terdampak
Menurut Tgk. Jamaluddin, Sumatera Crisis Center Peusangan Raya menetapkan sasaran utama gerakannya adalah masyarakat korban bencana, neunasah, dayah, masjid dan tempat ibadah lainnya.
"Tempat-tempat tersebut bukan hanya bangunan fisik, tetapi simpul kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Aceh. Saat bangunan itu rusak, bukan hanya struktur yang roboh, melainkan juga ruang penguat jiwa warga juga runtuh," ungkapnya.
Solidaritas sebagai Warisan
Tgk. Jamaluddin menambahkan, gerakan ini lahir dari keyakinan bahwa krisis tidak boleh mematikan kepedulian, justru harus menghidupkannya.
"Sumatera Crisis Center Peusangan Raya menjadi bukti bahwa masyarakat Aceh memiliki modal sosial yang kuat: gotong royong, empati, dan keberanian untuk bangkit bersama," ujar Tgk. Jamaluddin.
Di akhir pernyataannya, Tgk. Jamaluddin menyampaikan harapan sederhana namun bermakna. “Demikian gambaran program kegiatan yang akan kami jalankan. Semoga langkah kecil ini menjadi cahaya bagi mereka yang sedang berada dalam kegelapan musibah.”
Di tanah yang sering diuji oleh bencana, satu hal tetap tak tergoyahkan, Aceh selalu menemukan jalannya untuk saling menguatkan. []


