Iklan

terkini

Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat, Inovasi Baru Menuju Ekonomi Kreatif Lhokseumawe

Redaksi
Kamis, November 06, 2025, 18:09 WIB Last Updated 2025-11-06T11:10:04Z
Prof. Teuku Rihayat, ST., MT (tengah) dan tim pengabdian kepada masyarakat. (Foto/Ist)
 
Lhokseumawe - Upaya pemberdayaan pelaku usaha kuliner lokal kembali digalakkan oleh dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL) melalui kegiatan Pengembangan Bumbu Rempah Aceh Kering sebagai Inovasi Aditif Mi Aceh: Mendorong Komersialisasi Produk Lokal untuk Kemandirian Pangan di Desa Jeulikat, Blang Mangat, Lhokseumawe. 

Program ini merupakan bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) PNL dengan mitra Kelompok Tani Rempah Sehat. 

Selama ini, banyak pelaku usaha Mi Aceh di tingkat lokal masih mengandalkan bumbu basah yang mudah rusak dan memiliki masa simpan pendek. Kondisi tersebut membuat produk sulit dipasarkan secara luas dan menurunkan potensi ekonomi masyarakat. 
Kolase bumbu Mi Aceh Desa Jeulikat. (Foto/Ist)

Ketua tim pengabdian,  Prof.Teuku Rihayat, ST., MT mengatakan bahwa timnya menghadirkan inovasi teknologi tepat guna melalui penerapan alat pengering blower oven dryer untuk mengubah rempah tradisional menjadi bumbu kering siap saji. 

“Dengan teknologi ini, proses pengeringan tidak lagi bergantung pada sinar matahari, aroma dan warna rempah tetap terjaga, serta produk bisa bertahan hingga enam bulan,” ujar Teuku Rihayat, Kamis, (06/11/2025) pada media ini. 
 
Teuku Rihayat mengatakan, Lahirnya Produk “Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat” Program ini melibatkan 20 peserta yang terdiri dari anggota Kelompok Tani Rempah Sehat, mahasiswa, dan dosen PNL. 

"Kegiatan ini dilaksanakan melalui enam tahapan pelatihan: sosialisasi program, pelatihan teknologi pengeringan, formulasi bumbu, pengemasan produk, pelatihan kewirausahaan digital, serta pendampingan dan evaluasi," rinci Teuku Rihayat.

"Pada tahap formulasi, peserta mempraktikkan pencampuran rempah khas Aceh seperti bawang merah, bawang putih, cabai, jintan, dan kapulaga untuk menciptakan cita rasa Mi Aceh yang autentik," lanjutnya.

Selanjutnya Teuku Rihayat menambahkan, produk yang dihasilkan kemudian diberi nama “Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat”, dikemas menggunakan botol food grade 100 gram dengan desain label modern dan identitas produk khas Lhokseumawe. 
 
Pemasaran Digital dan Respon Positif Masyarakat 

Selain pengolahan, tim juga memberikan pelatihan pemasaran digital agar produk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Peserta diajarkan membuat konten promosi, membuka akun marketplace, dan mengelola media sosial untuk branding produk," terang Teuku Rihayat yang merupakan Profesor pertama di PNL yang merupakan dosen Jurusan Teknik Kimia.

Selanjutnya Adi Saputra Ismi, ST., MT salah seorang anggota tim kegiatan tersebut menandakan keterangan pada media ini, bahwa berdasarkan hasil survei terhadap 20 responden dari masyarakat dan pelaku usaha Mi Aceh, produk Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat mendapat respons sangat positif. 

Nilai rata-rata penilaian mencapai 4,7 dari 5, dengan aspek aroma, rasa, dan kemudahan penggunaan mendapat skor tertinggi. Sebanyak 85 persen responden menyatakan bersedia membeli produk tersebut secara berulang. 

“Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat menerima inovasi ini dengan baik. Selain praktis, bumbu kering ini juga higienis dan ekonomis,” jelas Adi Saputra Ismi yang merupakan dosen Jurusan Teknik Mesin PNL ini.

Mendorong Ekonomi Kreatif Berbasis Potensi Lokal 

Menurut Teuku Rihayat, melalui program ini, masyarakat Desa Jeulikat kini mampu memproduksi bumbu kering secara mandiri dengan kualitas yang kompetitif. 

"Harga jual produk sebesar Rp15.000 per kemasan (100 gram) dinilai sebanding dengan mutu yang ditawarkan, memberikan peluang keuntungan yang menjanjikan bagi kelompok mitra," ujarnya.

Tim pengabdian berharap, ke depan produk Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat dapat menembus pasar regional bahkan nasional, menjadi contoh nyata bagaimana inovasi sederhana dapat mengubah potensi lokal menjadi kekuatan ekonomi kreatif. 

“Kami ingin masyarakat tidak hanya menjual bahan mentah, tapi mampu menghasilkan produk jadi yang bernilai tinggi dan berkelanjutan,” pungkas Teuku Rihayat. 

Dengan keberhasilan ini, Desa Jeulikat dipandang sebagai contoh nyata penerapan teknologi tepat guna dalam pengembangan kuliner daerah yang mampu memperkuat ekonomi kreatif di Kota Lhokseumawe. 

"Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atas dukungan pendanaan melalui nomor kontrak 1863/M/2025, sehingga kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dapat terlaksana dengan baik. Terima kasih juga kepada P3M Politeknik Negeri Lhokseumawe yang telah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan ini hingga selesai," tutup Teuku Rihayat. [Hamdani]
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Bumbu Rempah Aceh Kering Jeulikat, Inovasi Baru Menuju Ekonomi Kreatif Lhokseumawe

Terkini

Topik Populer

Iklan