Iklan

terkini

[Opini] Fleksibilitas Jam Kerja, Integritas dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Redaksi
Selasa, Juni 24, 2025, 16:19 WIB Last Updated 2025-06-24T09:19:57Z
Ilustrasi (Sumber Gambar: liputan6.com)

Oleh: Hamdani, SE., MSM dan M. Saleh, SE., M. Si*)

Di tengah transformasi besar dalam dunia kerja modern, muncul tuntutan baru terhadap cara organisasi mengelola sumber daya manusianya. Salah satu isu yang menjadi sorotan dalam era pascapandemi adalah fleksibilitas jam kerja. 

Konsep ini telah mengalami perubahan paradigma dari sekadar wacana menjadi kebutuhan nyata. Bersamaan dengan itu, integritas dan kepuasan kerja tetap menjadi fondasi penting dalam mendukung kinerja karyawan secara menyeluruh. Dalam artikel ini, akan dibahas bagaimana hubungan antara fleksibilitas jam kerja, integritas, dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan dalam konteks organisasi masa kini.

Transformasi Dunia Kerja dan Fleksibilitas
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik dalam sistem kerja konvensional. Banyak perusahaan yang sebelumnya bersikukuh pada jam kerja tetap dan keberadaan fisik di kantor, akhirnya harus membuka mata terhadap sistem kerja jarak jauh dan fleksibel. Saat ini, fleksibilitas tidak hanya soal tempat bekerja, tetapi juga waktu bekerja.

Fleksibilitas jam kerja mengacu pada kemampuan karyawan untuk menyesuaikan waktu kerja mereka dengan kebutuhan pribadi tanpa mengorbankan tanggung jawab pekerjaan. Model kerja fleksibel ini termasuk kerja dari rumah (remote working), kerja hybrid (gabungan kantor dan rumah), serta kerja dengan jam kerja yang disesuaikan (flextime). 

Fleksibilitas menjadi simbol kepercayaan organisasi terhadap tanggung jawab individu karyawannya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa fleksibilitas jam kerja berdampak positif terhadap keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance), menurunkan tingkat stres, dan meningkatkan produktivitas. Namun demikian, fleksibilitas juga menuntut adanya tanggung jawab dan kedisiplinan tinggi dari karyawan. Di sinilah pentingnya integritas.

Integritas sebagai Pilar Kinerja
Integritas adalah kualitas moral yang mencerminkan konsistensi antara kata dan tindakan, antara nilai dan perilaku. Dalam dunia kerja, integritas tercermin dari kejujuran, akuntabilitas, dan etika kerja yang tinggi. Seorang karyawan yang memiliki integritas akan tetap bekerja dengan penuh tanggung jawab meskipun tidak diawasi secara langsung.

Dalam sistem kerja fleksibel, tantangan utama adalah hilangnya pengawasan langsung. Oleh karena itu, integritas menjadi prasyarat utama agar fleksibilitas tidak berubah menjadi kelalaian. Karyawan dengan integritas tinggi akan memanfaatkan fleksibilitas untuk meningkatkan produktivitas, bukan untuk menghindari pekerjaan.

Integritas juga menjadi indikator budaya kerja sehat dalam organisasi. Organisasi yang menjunjung tinggi integritas, akan mendorong terciptanya rasa saling percaya antara manajemen dan karyawan. Kepercayaan inilah yang menjadi dasar utama pelaksanaan sistem kerja fleksibel yang efektif.

Kepuasan Kerja: Faktor Penentu Kinerja
Kepuasan kerja adalah perasaan positif karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti penghargaan, kondisi kerja, relasi antar rekan kerja, kepemimpinan, serta keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Ketika karyawan merasa puas, mereka cenderung lebih termotivasi, loyal, dan bersemangat dalam bekerja.

Dalam konteks fleksibilitas kerja, kepuasan kerja dapat meningkat jika kebijakan fleksibel tersebut benar-benar menjawab kebutuhan karyawan. Misalnya, karyawan yang memiliki anak kecil akan merasa sangat terbantu dengan fleksibilitas jam kerja karena dapat mengatur waktu kerja sesuai kebutuhan keluarga. 

Namun demikian, tidak semua karyawan merespon fleksibilitas dengan cara yang sama. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan pendekatan personalisasi dalam menerapkan kebijakan fleksibel.

Kepuasan kerja juga sangat terkait dengan persepsi karyawan terhadap keadilan dan penghargaan. Apabila fleksibilitas hanya diberikan kepada segelintir karyawan, sementara yang lain tidak mendapatkan kesempatan serupa, maka hal ini bisa menimbulkan ketimpangan dan menurunkan kepuasan kerja secara umum.

Hubungan Ketiganya terhadap Kinerja
Kinerja karyawan adalah hasil akhir dari berbagai dinamika psikologis dan struktural dalam organisasi. Ketika fleksibilitas jam kerja diterapkan secara adil dan didukung oleh budaya integritas, maka potensi kinerja karyawan dapat meningkat signifikan. Karyawan merasa dipercaya, memiliki kontrol atas waktu kerja, dan lebih mampu mengatur energi kerja mereka sesuai ritme produktivitas masing-masing.

Integritas memastikan bahwa fleksibilitas tidak disalahgunakan. Sementara kepuasan kerja menjadi pendorong emosional yang meningkatkan motivasi kerja. Ketiganya saling berkaitan dan saling menguatkan.

Namun demikian, penerapan fleksibilitas harus dibarengi dengan sistem evaluasi kinerja yang berbasis output, bukan sekadar kehadiran atau durasi kerja. Organisasi perlu beralih ke sistem manajemen berbasis kinerja (performance-based management) yang fokus pada hasil, bukan proses.

Studi Kasus dan Implementasi
Beberapa perusahaan besar global seperti Google, Microsoft, dan Facebook telah lama menerapkan kebijakan kerja fleksibel dan mengintegrasikan nilai integritas dalam budaya kerja mereka. Hasilnya, perusahaan-perusahaan tersebut dikenal sebagai tempat kerja yang menyenangkan dan produktif. Bahkan survei menunjukkan tingkat kepuasan kerja dan loyalitas yang tinggi dari para karyawan.

Di Indonesia, perusahaan startup seperti Gojek dan Tokopedia juga telah menerapkan sistem kerja fleksibel dengan hasil yang menggembirakan. Para karyawan merasa lebih diberdayakan dan memiliki otonomi lebih besar terhadap cara mereka bekerja.

Namun demikian, implementasi fleksibilitas di sektor pemerintahan atau perusahaan tradisional masih menghadapi berbagai kendala, seperti kekakuan birokrasi, minimnya kepercayaan manajemen, serta keterbatasan infrastruktur teknologi. Oleh karena itu, reformasi budaya organisasi menjadi prasyarat penting sebelum menerapkan sistem kerja fleksibel.

Rekomendasi Kebijakan
Agar fleksibilitas jam kerja, integritas, dan kepuasan kerja dapat bersinergi meningkatkan kinerja, berikut adalah beberapa rekomendasi:

1. Penyusunan Kebijakan Fleksibel yang Adaptif: Kebijakan kerja fleksibel harus bersifat dinamis dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing organisasi.
2. Peningkatan Literasi Digital dan Teknologi: Mendukung kerja fleksibel memerlukan infrastruktur teknologi dan keterampilan digital yang memadai.
3. Penanaman Nilai Integritas Sejak Dini: Program pelatihan dan pengembangan karakter harus menjadi bagian dari strategi pengembangan SDM.
4. Sistem Evaluasi Kinerja Berbasis Output: Perlu adanya perubahan cara menilai kinerja dari berbasis waktu menjadi berbasis hasil.
5. Pendekatan Humanis dalam Manajemen SDM: Memahami kebutuhan karyawan secara personal dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas mereka.

Penutup
Fleksibilitas jam kerja bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, melainkan bagian integral dari strategi organisasi dalam menghadapi tantangan zaman. 

Namun fleksibilitas tanpa integritas hanya akan menciptakan chaos. Sebaliknya, fleksibilitas yang didukung integritas dan diiringi kepuasan kerja akan menjadi kekuatan utama dalam meningkatkan kinerja karyawan.

Sudah saatnya organisasi, baik sektor publik maupun swasta, menata ulang paradigma kerja mereka. Dunia kerja telah berubah, dan organisasi yang adaptif adalah mereka yang mampu mengelola perubahan dengan bijaksana dan berbasis nilai. Karyawan yang dihargai, dipercaya, dan difasilitasi akan memberikan kontribusi terbaiknya, mewujudkan kinerja unggul yang berkelanjutan. []

Editor: Muliyadi

*) Penulis adalah Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe, Jurusan Bisnis dan Dosen Universitas Almuslim Bireuen, Fakultas Ekonomi
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Fleksibilitas Jam Kerja, Integritas dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

Terkini

Topik Populer

Iklan