Iklan

terkini

[Opini] Dayah Meutuah: Pilar Pendidikan dan Kemandirian Umat

Redaksi
Sabtu, Mei 17, 2025, 20:46 WIB Last Updated 2025-05-17T13:46:41Z
Oleh: Anwar, S.Ag, M.A.P *)

Kata “meutuah” adalah warisan budaya Aceh yang sarat makna. Dalam bahasa Aceh, istilah ini merujuk pada keberuntungan, keberkahan, dan kemuliaan—tiga dimensi nilai yang saling melengkapi. Dalam konteks pendidikan Islam, khususnya di Aceh, konsep ini menjadi landasan penting dalam memahami peran dan harapan terhadap dayah sebagai institusi keagamaan dan sosial.

Meutuah mencerminkan cita-cita luhur masyarakat Aceh terhadap lembaga pendidikan Islam yang bukan hanya mampu mencetak ulama, tetapi juga menjadi pusat keberkahan dan kemuliaan. Dayah yang meutuah adalah dayah yang beruntung dalam kiprahnya, diberkahi oleh Allah SWT dalam perjuangannya, dan mulia dalam menjaga nilai-nilai Islam serta integritas kelembagaan.

Sejarah mencatat, pada masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam, dayah memegang peran sentral dalam mencetak para pemimpin, ilmuwan, dan tokoh masyarakat. Dayah tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi motor penggerak dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi. Tradisi keilmuan ini terus berlanjut hingga kini, dengan berbagai adaptasi terhadap tantangan zaman.

Di era modern, peran dayah semakin strategis. Selain mendidik santri dalam ilmu agama, banyak dayah yang kini memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum mereka. Ini adalah langkah visioner agar para santri memiliki kompetensi yang relevan dengan dunia luar tanpa kehilangan identitas keislaman mereka.

Namun, untuk menjadikan dayah benar-benar meutuah, satu hal penting yang perlu diwujudkan adalah kemandirian. Kemandirian bukan hanya dalam aspek finansial, tetapi juga dalam visi, tata kelola, dan pengembangan potensi. Dayah yang mandiri mampu membiayai operasionalnya, mengembangkan kurikulum yang kontekstual, serta menciptakan inovasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan umat.

Lebih jauh, kemandirian ekonomi menjadi pilar penting untuk keberlanjutan. Banyak dayah di Aceh telah memulai unit usaha di bidang pertanian, perikanan, atau kerajinan yang tidak hanya menopang kebutuhan internal, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar. Ini adalah wujud nyata kontribusi dayah dalam pembangunan daerah.

Kemandirian juga memberikan daya tahan terhadap dinamika kebijakan dan tantangan zaman. Dayah yang mandiri tidak mudah terpengaruh oleh intervensi luar dan lebih fleksibel dalam berinovasi. Dengan mengintegrasikan teknologi dan keterampilan abad 21 ke dalam sistem pembelajaran, dayah dapat menghasilkan lulusan yang siap menjadi pemimpin dan agen perubahan di masyarakat.

Mewujudkan dayah meutuah bukan sekadar harapan, melainkan sebuah keniscayaan. Ini adalah jawaban terhadap kebutuhan akan lembaga pendidikan Islam yang tidak hanya unggul secara spiritual, tetapi juga kuat secara struktural dan fungsional. Kemandirian adalah jalannya, meutuah adalah tujuannya. []

*) Penulis adalah Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Bireuen.

Editor : Muliyadi
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Dayah Meutuah: Pilar Pendidikan dan Kemandirian Umat

Terkini

Topik Populer

Iklan