Oleh : HB. Almascaty*)
Istilah tramadol akhir-akhir ini menjadi sangat populer di Aceh. Penulis sendiri yg mulai tugas dan tinggal di Aceh sejak 1985 pun baru mengetahui kata tramadol beberapa minggu ini. Terutama setelah viralnya kasus pembunuhan Imam Masykur, pemuda asal Mon Kelayu Bireuen Aceh.
Sebagai peneliti sejarah Aceh, diantaranya sejarah Habib Abdurrahman Al-Habsyi yang terkenal dengan julukan Habib Bugak Al-Asyi, tentu penulis yang tinggal puluhan tahun di kampung Bugak sangat faham tentang Mon Kelayu dan penduduknya yang mayoritas keturunan Nabi Muhammad marga al-Habsyi, seperti Habib Bugak yang juga berasal dari kampung ini.
Kebetulan sejak akhir Agustus ini penulis pindah ke Jakarta untuk memulai sebuah penelitian. Bersamaan dengan kepindahan inilah mencuat terbongkarnya berita menghebohkan yang melibatkan pasukan elit khusus paspampres. Para Tengku dan kolega aktivis di Aceh banyak menghubungi penulis yang dianggap punya kedekatan dengan jaringan militer. Bahkan salah seorang Habib di Jakarta meminta agar kasus ini menjadi perhatian penulis agar tidak merusak citra tentara di Aceh. Sekaligus membuat analisis sebab akibat dari peristiwa yang berulang kembali dengan modus yang berbeda.
Dengan pengalaman sebagai peneliti sosial sekaligus analis konflik, penulis lebih tertarik dengan yang menjadi latar belakang peristiwa yang menimpa Almarhum Imam Masykur ini. Terutama yang menyangkut misteri mafia narkoba Aceh yang disebutkan telah berkembang jadi kartel jaringan narkoba internasional. Apalagi sebagian besar penelitian yang penulis lakukan adalah berkaitan dengan Aceh sejak penulis masih menjadi mahasiswa di Malaysia tahun 1985an.
Apalagi minat penelitian penulis bertambah membara sejak peristiwa bencana tsunami tahun 2004. Dan sejak saat itu penulis hijrah dari Jakarta ke Aceh dan tinggal di kampung Bugak, Jangka pinggiran Kabupaten Bireuen. Dan tahun 2007 menikah dengan salah seorang keturunan Habib Bugak. Hampir 50an penelitian telah penulis lakukan bekerjasama dengan beberapa Universitas di Malaysia, Timur Tengah, Jakarta dan Aceh.
Walaupun sedang fokus penelitian di Jakarta, insting peneliti penulis tergugah untuk ikut memberikan wacana dan solusi pada peristiwa tramadol ini. Apalagi salah seorang politisi muda Aceh, *Sayed Muhammad Muliyadi* dengan lugas dan tegas menghubungkan tramadol, mafioso dan penjagaan kemulian Aceh yang terkenal dengan penegakan syariat Islamnya.
Dengan jaringan yang ada, penulis mulai mengadakan penelitian awal, terutama mengumpulkan beberpa opini, data, fakta, penelitian, tulisan dan lainnya yang berkaitan dengan tramadol ini. Tentunya termasuk menghubungi para kolega, masyarakat, aparat dan lainnya yang memiliki info tentang industri tramadol di Jakarta khususnya.
Dari pembacaan awal yang penulis lakukan, penulis sangat kaget. Ternyata isu tramadol ini banyak dikaitkan dengan perantau Aceh. Bahkan di Bogor dipasang spanduk yang menyerukan agar perantau Aceh menghentikan peredaran tramadol yang dianggap membahayakan generasi muda. Bahkan seakan ada opini umum, bahwa mafia tramadol ini dikuasai oleh pendatang Aceh.
Tentu info awal ini mengguncang penulis yang memahami sejarah Aceh yang memiliki peradaban tinggi dan tengah berjuang menegakkan syariat Islam dalam masyarakatnya. Memang pernah penulis mendapat info tentang transaksi narkotika seperti ganja pada masa konflik. Namun kebanyakan kasus dilatarbelakangi oleh idiologi perjuangan yang bertujuan untuk kemerdekaan Aceh. Dalam pandangan idioligi ini, ganja dijadikan sebagai senjata, atau logistik untuk ditukarkan jadi senjata. Itu dahulu pada masa konflik sebelum perdamaian tahun 2005.
*Apa Tramadol*
Sebagai orang awam dalam dunia obat, penulis meminta bantuan AI untuk menjelaskan apa itu tramadol. Jawabannya Tramadol adalah jenis obat analgesik, yang digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga berat. Obat ini bekerja dengan cara mengubah cara otak dan tubuh merespons nyeri. Tramadol biasanya diresepkan untuk mengobati nyeri pasca operasi, nyeri akut atau kronis, serta kondisi-kondisi lain yang menyebabkan ketidaknyamanan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan Tramadol harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Obat ini dapat menyebabkan efek samping seperti mual, pusing, sakit kepala, konstipasi, dan kelelahan. Selain itu, Tramadol juga dapat menimbulkan risiko ketergantungan dan penyalahgunaan jika digunakan dalam jangka panjang atau tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Meskipun tramadol dapat membantu meredakan nyeri, ada beberapa keburukan yang perlu diperhatikan saat menggunakan obat ini. Berikut adalah beberapa risiko yang terkait dengan penggunaan tramadol:
1. Efek samping: Tramadol dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, kelelahan, gangguan tidur, dan konstipasi. Beberapa orang mungkin juga mengalami reaksi alergi, seperti ruam, gatal-gatal, atau kesulitan bernapas. Jika Anda mengalami efek samping yang mengganggu atau timbul reaksi alergi, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter.
2. Potensi ketergantungan: Tramadol memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan. Penggunaan jangka panjang atau penyalahgunaan tramadol dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Jika Anda memiliki riwayat masalah penyalahgunaan zat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan tramadol.
3. Interaksi obat: Tramadol dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain yang Anda konsumsi, termasuk obat-obatan resep, obat bebas, atau suplemen herbal. Interaksi ini dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping. Pastikan untuk memberi tahu dokter atau apoteker tentang semua obat yang sedang Anda konsumsi.
4. Efek pada sistem saraf pusat: Tramadol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi, mengemudi, atau menjalankan mesin berat. Hindari mengemudi atau melakukan tugas-tugas yang membutuhkan kewaspadaan saat menggunakan tramadol hingga Anda mengetahui bagaimana obat ini mempengaruhi Anda secara pribadi.
5. Overdosis: Menggunakan dosis yang lebih tinggi dari yang diresepkan atau menggunakan tramadol dengan cara yang tidak benar dapat menyebabkan overdosis. Overdosis tramadol dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan bernapas, kebingungan, kejang, dan bahkan kematian. Penting untuk mengikuti dosis yang ditentukan oleh dokter dan tidak mengambil tramadol tanpa supervisi medis.
*Meniti Jalan Terjal*
Ternyata untuk membongkar jaringan mafia tramadol ini memang tidak mudah. Diperlukan sebuah kerja keras, keikhlasan tinggi, serta keberanian membara. Karena tentu tidak mudah mendapatkan info dari jaringan mafia yang menjalankan usaha haram perdagangan tramadol ini. Diperlukan sebuah Jihad besar untuk membongkar dan selanjutnya memerangi sampai ke akar-akar permasalahannya.
Apa yang menimpa almarhum Imam Masykur seharusnya menjadi pelajaran sangat berharga. Khususnya untuk menjaga generasi muda Aceh agar tidak terlibat dalam jaringan mafia obat haram ini. Para tokoh Aceh perlu meningkatkan dakwah dan tarbiyah kepada para generasi muda agar jangan sampai terjebak dalam jaringan mafia. Para aparat penegak hukum bertindak tegas dengan memberantas para mafia sampai ke akar-akarnya. Semua pihak diharapkan terlibat dalam jihad melawan mafia tramadol ini.
Ditengah maraknya kasus penyalahgunaan tramadol ini, marilah kita kobarkan semangat jihad, semangat perang sabil melawan para mafia tramadol. Bersama para aparat penegak hukum, kita kobarkan perlawanan tanpa akhir kepada mafia tramadol, baik yang memproduksi, yang mengorganisir maupun yang memperdagangkananya.
Dalam tesis Ph.D penulis yang sudah diterbitkan menjadi buku berjudul *Panduan Jihad Untuk Aktivis Islam*, yang diluncurkan tahun 2001, penulis memerinci makna jihad fi sabilillah, bentuk, tujuan dan strateginya. Dan sehubungan dengan jihad melawan mafia narkoba perusak ini, penulis rasa ada urgensinya dibahas kembali strategi jihad fi sabilillah melawan mafia narkoba... []
BERSAMBUNG
*) Penulis adalah Relawan Hilal Ahmar dan Penulis Buku "Panduan Jihad"