Iklan

terkini

[Opini] Penyiksaan Ammar bin Yasir

Redaksi
Minggu, Desember 04, 2022, 16:12 WIB Last Updated 2022-12-04T09:12:54Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag

Pada masa jahiliyah, hampir semua orang yang masuk. Islam menerima hukuman dan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Tanpa  disertai iman yang kokoh dan jiwa yang suci, tentu tidak akan mampu mempertahankan pedihnya siksaan. Ternyata iman yang kuat akan merasakan manisnya air kesucian dan syahdunya ayat-ayat suci Al Quran. 

Diawal nubuyahnya,  Rasulullah saw masih berdakwah secara diam-diam. Namun demikian  tetap saja tercium oleh musyrikin Quraisy. Mereka  mengenali orang-orang yang telah menjadi pengikut  Muhammad saw, hingga tak segan-segan menyiksa dan menghukum orang-orang muslim. Berbagai cara dan upaya dilakukan, tanpa ada rasa prikemanusiaan. Siapapun yang masuk Islam akan dibantai dan mendapat perlakuan kasar yang  menyayat hati.  

Tidak sedikit diantara mereka yang menjadi korban kebiadaban bangsa Yahudi. Ada diantaranya yang  meninggal, ada pula yang selamat meskipun mengalami cacat dan cedera. Kita sering mendengar tentang penyiksaan terhadap Bilal bin Rabbah dan para sahabat Rasulullah lainnya. Namun tidak kalah perihnya siksaan yang ditimpakan kepada Ammar bin Yasir. Seorang tokoh penghuni surga yang sangat dibanggakan Rasulullah saw. 

Mari.kita kupas sekilas tentang penyiksaan yang dialami Ammar bin Yasir dalam mempertahankan keimanan hingga nyaris nyawa melayang. Kekokohan imannya membuktikan bahwa ia seorang yang berjiwa besar dan sekuat baja. Penderitaan yang dideritanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan imannya. 

Dalam bukunya Biografi 60 Sahabat Nabi saw, Khalid Muhammad Khalid mengkisahkan bahwa, Ammar bin Yasir putra seorang wanita hebat yang syahid dalam menyelamatkan imannya, Sumayyah binti Khayyath. Sebuah keluarga penuh berkah yang disiksa secara mengenaskan oleh kaum Yahudi laknatullah. Ayahnya seorang pendatang dari Yaman yang telah menetap di Mekah hingga menikah dengan Sumayyah. 

Kaum kafir Quraisy selalu mencari-cari celah agar  kaum muslimin berada dalam kebinasaan. Demikian dengan keluarga Yasir. Setelah mengetahui tentang keislaman keluarga ini, kaum Quraisy  mengancam agar kembali ke agama nenek moyang mereka. Namun iman telah bersarang dalam sanubari keluarga Yasir yang mulia. Yasir dan keluarganya mempertahankan keimanan hingga titik darah penghabisan. Saling menguatkan agar tetap dalam keimanan apapun yang menimpa mereka. 

Khalid Muhammad Khalid menuturkan, setiap hari keluarga Yasir dibawa ke padang pasir Mekah yang sangat panas bagaikan bara api. Mereka disiksa dengan berbagai kekejaman. Hal tersebut menyebabkan Sumayyah syahid. Ia ditikam oleh Abu Lahab di bagian kemaluannya hingga tembus ke bokongnya. 

Bayangkan saja, ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri penikaman terhadap ibunda tercinta hingga tewas. Belum cukup penderitaan tersebut, kini ia dan ayahnya mengalami nasib malang dari kebiadaban kaum kafir Quraisy.

Sepeninggal ibunya Sumayyah, penyiksaan terhadap Ammar terus saja berlanjut. Orang-orang Yahudi membakar Ammar dengan api yang menyala. Ketika itu Rasulullah saw lewat. Beliau memegang kepala Amar sambil bersabda, "Wahai api, mendinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ammar, sebagaimana dulu engkau mendinginkan dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim." Tiba-tiba api mendingin dan selamatlah Ammar dari pembakaran tersebut. 

Meskipun penyiksaan semakin dahsyat, namun Ammar tetap teguh dengan keimanannya. Puncak siksaan membuatnya semakin lemah. Suatu ketika para algojo dan tukang-tukang cambuk menderanya dengan kekejian dan kezaliman yang luar biasa. Mereka membakarnya dengan besi panas kemudian menyalibnya di atas pasir panas. Ammar ditindih batu besar bagaikan bara merah. Setelah itu mereka menenggelamkan ke dalam air hingga tidak bisa bernafas. Semua   kulit-kulitnya yang penuh dengan luka mengelupas. 

Karena beratnya penyiksaan, membuat Ammar tidak sadarkan diri. Saat itulah kaum kafir Quraisy mengambil kesempatan mempengaruhinya. Mereka menuntun Ammar mengucapkan kata-kata pujaan atas nama  tuhan-tuhan mereka. Tanpa menyadarinya Ammar mengikuti ucapan tersebut.

Ketika penyiksaan dihentikan sejenak, maka Ammar pun siuman. Tiba-tiba ia sadar dengan ucapan yang diucapkannya. Hatinya gundah dan gelisah. Ia menyesali semua yang telah terjadi. Ammar dihantui rasa bersalah yang membuatnya lebih tersiksa dari siksaan yang diterimanya dari orang-orang musyrik. Andaikan dibiarkan perasaan bersalah itu dalam tekanan dan merasa berdosa, mungkin beberapa jam kemudian ia akan menemui ajalnya. 

Khalid menyebutkan, keimanan telah membuatnya bertahan dari semua siksaan. Kekecewaannya terhadap  ucapan tersebut hampir saja menghabiskan nyawanya. Akan tetapi Allah Maha Tahu dan Maha memberi keselamatan. Dalam kondisi yang sudah tiada berdaya, tiba-tiba Rasulullah saw datang dan menyampaikan ucapan selamat kepadanya sambil berkata, "Bangunlah wahai pahlawan, tidak ada penyesalan atasmu dan tidak ada cacat." Ketika itu Ammar sedang menangis. Beliau mengusap air mata itu dengan tangan  lembutnya seraya bersabda, "Orang-orang kafir itu telah menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan begitu." Rasulullah saw juga membacakan ayat Al Quran kepadanya, "Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)," (An-Nahl: 106) 

Ammar kembali dibawa ketenangan. Siksaan yang menimpanya sudah tidak terasa lagi, karena sudah tertutupi dengan nikmatnya iman. Hatinya bahagia, karena ucapan yang dikeluarkannya secara paksa telah dijamin bebas oleh Al Quran, sehingga tidak perlu dirisaukan lagi.  

Keteguhan dan kekokohan pendirian Ammar, membuat kafir Quraisy bertekuk lutut. Mereka bosan dan lelah hingga akhirnya menyerah. Ammar kembali dapat menghirup udara kebebasan bersama Rasulullah saw. Beliau sangat menyayangi Ammar, sehingga Rasul  berpesan, "Siapa yang memusuhi Ammar, ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci Ammar, ia akan dibenci Allah." 

Rasulullah saw juga bersabda, "Ikutilah Abu Bakar dan Umar setelah kematianku nanti, dan ambillah petunjuk Ammar sebagai pelajaran." Sejak saat itu Ammar menjadi perhatian dalam tokoh peradaban Islam. Bahkan sepeninggal Rasulullah saw, Umar mengangkat Ammar menjadi gubernur Kuffah.

Demikian sekelumit kisah sahabat Rasulullah saw yang telah dijamin sebagai tokoh penghuni surga. Berkat kezuhudan, ketakwaan, keteguhan dan kesabaran dalam mempertahankan keimanannya. Semoga dapat menjadi ibrah bagi kita semua agar tetap istiqamah dalam memelihara kesucian iman hingga akhir hayat. []

*) Penulis adalah  merupakan pengarang Buku Kontemplasi Sang Guru

Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Penyiksaan Ammar bin Yasir

Terkini

Topik Populer

Iklan