Ilustrasi mayat. (Foto/ Tribunnews.com)
Laporan Hamdani dari Bireuen
Arus Sungai Krueng Peusangan Selasa, 16 Desember 2025 lalu mengalir lebih deras dari biasanya. Di balik riak air yang tampak tenang dari kejauhan, sungai ini kembali menyimpan cerita duka. Sebuah perahu getek, yang merupakan alat penyeberangan darurat yang saban hari menjadi tumpuan warga Ulee Jalan - Darul Aman dan sekitarnya terbalik.
Peristiwa itu bukan sekadar kecelakaan air, melainkan tragedi yang mengingatkan betapa rapuhnya keselamatan di tengah keterbatasan sarana pasca banjir dan longsor di Aceh.
Perahu getek tersebut diketahui mengangkut muatan berat sekaligus penumpang dalam satu waktu. Dalam kondisi arus sungai yang cukup deras, keseimbangan pun tak mampu dipertahankan. Getek terbalik, dan seorang penumpang dinyatakan hilang, terseret arus tanpa sempat diselamatkan.
Sejak hari pertama kejadian, kawasan Sungai Krueng Peusangan di Kecamatan Peusangan Selatan, Kabupaten Bireuen, dipenuhi kecemasan. Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI/Polri, Satpolairud, relawan, serta masyarakat setempat menyisir sungai tanpa henti.
Dua hari berselang, harapan itu akhirnya menemukan kepastian yang paling berat untuk diterima. Sesosok jenazah ditemukan mengapung di kawasan Awee Geutah, sekitar dua kilometer dari titik awal peristiwa. Arus sungai yang deras diduga menyeret korban cukup jauh sebelum akhirnya ditemukan.
Tim Inafis Polres Bireuen bergerak cepat. Jenazah dievakuasi ke RSUD Fauziah Bireuen untuk proses identifikasi. Melalui pemeriksaan ciri fisik, pencocokan data administrasi kependudukan, hingga pendataan sidik jari, misteri identitas korban akhirnya terungkap pada Minggu, 21 Desember 2025.
Korban diketahui bernama Syarifuddin M Daud, seorang pria berusia 48 tahun. Ia lahir di Pulo Iboih pada 1 Juli 1977, beragama Islam, dan berstatus belum menikah. Dalam kesehariannya, Syarifuddin bekerja sebagai petani sekaligus pekebun. Alamatnya tercatat di Dusun Muda Ali, Gampong Pulo Iboih, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh. Identitas korban dipastikan secara resmi melalui data kependudukan dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) 1111100107770016.
Penemuan jenazah Syarifuddin sekaligus mengakhiri proses pencarian intensif yang dilakukan sejak hari pertama kecelakaan. Setelah identitas dipastikan, jenazah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan secara layak.
Peristiwa ini menjadi pengingat yang pahit. Di tengah keterbatasan infrastruktur, perahu getek kerap dijadikan sarana penyeberangan darurat oleh warga. Namun, minimnya standar keselamatan, muatan berlebih, serta kondisi arus sungai yang tak menentu menjadikan transportasi air sebagai risiko besar yang kerap diabaikan.
Aparat kepolisian mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menggunakan sarana transportasi air, terutama di wilayah sungai dengan arus deras. Keselamatan, sebagaimana tragedi di Krueng Peusangan ini, bukan sekadar imbauan, melainkan kebutuhan yang tak bisa ditawar.
Di balik derasnya arus sungai, tersimpan satu nyawa yang tak kembali. Dan di balik duka keluarga yang ditinggalkan, tragedi ini meninggalkan pesan sunyi: bahwa setiap perjalanan, sekecil apa pun, selalu membutuhkan kehati-hatian sebesar-besarnya. []


