Iklan

terkini

Di Pengungsian yang Sunyi, Iman Tak Boleh Ikut Tenggelam

Redaksi
Senin, Desember 22, 2025, 10:25 WIB Last Updated 2025-12-22T03:25:08Z
Pimpinan Dayah QAHA Ukhwatul Qur’an Kota Lhokseumawe, Tgk Jamaluddin HK (peci putih) di tengah para pengungsi korban banjir Aceh. (Foto/Ist)

Laporan: Hamdani dari Lhokseumawe 

Di sudut-sudut pengungsian pedalaman Aceh Utara, suara tangis anak-anak kerap bersahut dengan lantunan doa yang terucap lirih. Pasca banjir bandang dan longsor yang melanda, bukan hanya rumah dan harta benda yang hilang, tetapi juga ruang-ruang belajar agama yang selama ini menjadi penopang jiwa masyarakat.

Pimpinan Dayah QAHA Ukhwatul Qur’an Kota Lhokseumawe, Tgk Jamaluddin HK, menyaksikan langsung kondisi tersebut saat turun ke beberapa titik lokasi pengungsian. Pengalaman itulah yang diungkapkan kepada saya pada Senin, 22 Desember 2025.

Ungkap Tgk. Jamaluddin HK, dalam setiap kunjungannya, ia menemukan fakta yang kerap luput dari perhatian: masyarakat tidak hanya membutuhkan sandang dan pangan, tetapi juga asupan ruhaniah untuk menguatkan hati.

“Banyak dayah dan balai pengajian hancur. Alquran dan kitab rusak terendam banjir. Jangan sampai musibah ini menghambat anak-anak kita untuk tetap belajar agama seperti biasa,” ujar Tgk Jamaluddin dengan nada prihatin.

Menurutnya, hampir sebulan penuh anak-anak di pengungsian tidak lagi mengaji. Padahal, di tengah trauma akibat bencana, pendidikan spiritual justru menjadi benteng utama agar mereka tidak kehilangan arah. Ia menekankan pentingnya mengaktifkan kembali pengajian di camp-camp pengungsi, meskipun harus dipusatkan di satu titik, seperti menasah atau masjid tempat warga berkumpul.

“Setidaknya anak-anak jangan sampai kosong. Mereka butuh Alquran, kitab, dan perlengkapan ibadah seperti sarung, sajadah, dan mukena. Ini bukan sekadar alat, tapi penopang iman mereka,” katanya.

Tgk Jamaluddin juga mengingatkan bahwa trauma berat pascabencana dapat menghambat masyarakat untuk bangkit. Tanpa pendampingan spiritual yang memadai, ruang-ruang kosong dalam jiwa berpotensi diisi oleh ajaran menyimpang dan pendangkalan akidah. Karena itu, pendidikan agama secara langsung harus menjadi perhatian serius semua pihak.

“Harta boleh hilang, tapi jangan sampai iman dan ketakwaan ikut hanyut dibawa banjir. Selama kita tidak kehilangan kasih sayang Allah, sejatinya kita tidak kehilangan apa pun,” tuturnya penuh makna.

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat dan para donatur untuk bersama-sama membantu menyediakan Alquran dan perlengkapan ibadah bagi para korban. Baginya, menghidupkan kembali pengajian di pengungsian bukan hanya soal pendidikan agama, tetapi juga ikhtiar mencegah lahirnya musibah baru yang lebih besar.

“Ini catatan penting bagi kita semua. Mari kita jaga agar cahaya iman tetap menyala di tengah gelapnya musibah,” tutup Tgk Jamaluddin HK. []
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Di Pengungsian yang Sunyi, Iman Tak Boleh Ikut Tenggelam

Terkini

Topik Populer

Iklan