Iklan

terkini

[Opini] Menulis dari Gampong untuk Dunia: Membangkitkan Potensi Lokal Lewat Jurnalistik Warga

Redaksi
Sabtu, Juli 19, 2025, 07:54 WIB Last Updated 2025-07-19T00:55:02Z
Oleh : M. Zubair, S.H., M.H *) 

Judul reportase ini saya angkat dari tema pelatihan jurnalistik gampong (desa) yang dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (Diskominsa) Bireuen pada Rabu, 16 Juli 2025 lalu. Tema tersebut menarik perhatian saya karena mencerminkan inovasi positif Diskominsa dalam mengangkat potensi tersembunyi dari 609 gampong di Kabupaten Bireuen ke panggung dunia.

Potensi ekonomi di gampong-gampong Bireuen sangat beragam. Di sepanjang jalan nasional kota Bireuen, kita bisa melihat deretan usaha kecil seperti penjualan keripik pisang dan lepat nagasari yang menjadi oleh-oleh khas para musafir. Selain itu, produksi teh daun kelor atau on murong yang dijual seharga Rp15.000 per kotak, menjadi contoh bagaimana produk lokal bisa punya daya saing di pasar.

Usaha kreatif seperti pengolahan ban bekas menjadi berbagai produk fungsional seperti beronjong, perangkap babi, tali, kursi, vas bunga, hingga timba menunjukkan kreativitas masyarakat desa. Ada pula unit usaha pakan ikan terapung yang dikelola BUMG, memproduksi hingga 300 kg (12 zak) per hari, serta industri rumah tangga fatarana (pliek u) yang sudah dikenal luas sebagai bahan utama masakan khas Aceh.

Garam beryodium produksi Kecamatan Jangka yang sudah tersertifikasi SNI dan halal, hingga kerajinan kayu jati seperti mangkuk, cobek, sendok, dan asbak, juga menjadi bukti bahwa desa-desa Bireuen tidak kekurangan potensi ekonomi yang layak diangkat ke level nasional bahkan global.

Namun, sangat disayangkan bahwa banyak dari potensi tersebut belum dipublikasikan secara luas. Untuk itulah pelatihan jurnalistik oleh Diskominsa menjadi sangat relevan. Program ini bertujuan membekali anggota Kelompok Informasi Gampong (KIG) dengan keterampilan menulis dan publikasi agar mampu mendokumentasikan dan mempromosikan potensi desa melalui situs gampong.id, media cetak, maupun platform digital lainnya.

Salah satu contoh keberhasilan publikasi adalah objek wisata Bukit Cinta Paya Santewan Indah di Gampong Geulanggang Gampong, Kecamatan Kota Juang. Dulu hanya semak belukar, kini menjadi destinasi wisata populer berkat publikasi warga di media Serambi Indonesia. Ini menunjukkan betapa pentingnya kekuatan tulisan dan publikasi dalam mengubah wajah desa.

Gampong Bukan Lagi Terpinggirkan

Di tengah derasnya arus globalisasi, gampong sering dipandang sebagai entitas tertinggal. Namun kini paradigma itu mulai bergeser. Gampong telah menjadi pusat kekuatan baru dalam pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal. Menulis dari gampong untuk dunia bukan lagi sekadar slogan, melainkan gerakan literasi yang strategis untuk mengangkat cerita, kearifan lokal, dan kekayaan budaya ke ranah global.

Setiap gampong memiliki potensi khas: sumber daya alam, budaya, serta kearifan lokal. Sayangnya, banyak di antaranya tidak terdokumentasi dengan baik. Teknik pertanian ramah lingkungan, pengelolaan air berbasis adat, dan praktik gotong royong adalah contoh local wisdom yang penting untuk disebarluaskan. Tanpa dokumentasi dan publikasi, semua itu bisa hilang ditelan zaman.

Menulis sebagai Alat Pembangunan

Menulis bukan hanya aktivitas individu, tetapi juga strategi kolektif untuk membangun identitas dan memperjuangkan hak-hak gampong. Dengan menulis, masyarakat dapat merekam sejarah lokal, mengkritisi kebijakan, mempromosikan produk unggulan, hingga mengadvokasi perubahan sosial. Narasi-narasi ini menjadi penyeimbang terhadap stereotip bahwa desa itu tertinggal dan pasif.

Bahkan, dengan hanya berbekal ponsel pintar dan akses internet, warga kini bisa menulis blog, mengunggah foto potensi desa, atau membuat video dokumenter. Tapi, akses teknologi saja tak cukup. Kapasitas literasi digital juga sangat penting. Pelatihan jurnalistik yang diinisiasi Diskominsa Bireuen menjadi langkah tepat dalam memperkuat kapasitas tersebut.

Inspirasi dari Gampong

Banyak gampong di Indonesia telah membuktikan dampak dari menulis. Di Aceh, jurnalis warga mulai mengangkat isu-isu kearifan lokal dan pembangunan desa. Di daerah seperti Gunungkidul atau Banyuwangi, warga bahkan menulis sejarah desa, profil tokoh lokal, hingga resep kuliner yang dibukukan dan dibagikan kepada pengunjung. Ini bukan hanya media promosi, tetapi juga bentuk pelestarian budaya.

Gerakan “menulis dari gampong untuk dunia” adalah bagian dari revolusi pembangunan yang bertumpu pada kekuatan lokal. Menulis menjadi jembatan antara lokalitas dan dunia global, serta alat untuk menegaskan eksistensi desa sebagai pusat kreativitas, pengetahuan, dan masa depan berkelanjutan.

Editor : Muliyadi
*) penulis Kadis Kominsa Bireuen
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Menulis dari Gampong untuk Dunia: Membangkitkan Potensi Lokal Lewat Jurnalistik Warga

Terkini

Topik Populer

Iklan