Iklan

terkini

USK Bersama Dua Universitas Inggris Jalankan Projek Ketahanan Bencana

Redaksi
Senin, Agustus 07, 2023, 09:39 WIB Last Updated 2023-08-07T02:39:12Z
Gedung Universitas Syiah Kuala (USK) (Foto/Ist)

Banda Aceh -- Universitas Syiah Kuala (USK) melalui Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) akan menyelenggarakan workshop sekaligus Focus Group Discussion (FGD) terkait pengetahuan berbasis masyarakat dalam era digital. Workshop ini akan diselenggarakan pada Rabu, 9 Agustus 2023 mendatang di Auditorium TDMRC USK, Banda Aceh.

Project Lead dari program  ini Ezri Hayat, pada media ini Senin, (07/08/2023) mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari proyek technology-based community knowledge, achieving disaster resilience in urbanised areas atau pengetahuan masyarakat berbasis teknologi, mencapai ketahanan bencana di daerah perkotaan yang dijalankan atas kolaborasi dari TDMRC USK dengan University of Huddersfield United Kingdom dan Teesside University United Kingdom, yang didukung oleh Royal Academy of Engineering, United Kingdom (RAENG).

Ezri Hayat  menjelaskan, kegiatan workshop dan FGD ini akan mengundang puluhan peserta dari berbagai kalangan. Dengan demikian, kegiatan ini dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi antara pemerintah, akademisi, praktisi, pelajar, media, masyarakat, dan pebisnis tentang pentingnya pengetahuan berbasis masyarakat dalam era digital.
 
Menurut Ezri Hayat, tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan tangguh dalam menghadapi bencana dengan memanfaatkan kekuatan teknologi. Workshop dan FGD ini, tambahnya, adalah salah satu jalan mewujudkan tujuan tersebut.

Dia menambahkan, adapun lima peneliti dari tiga universitas tersebut akan bersinergi dalam proyek ini adalah Dr. Ezri Hayat dan Dr. Nuwan Dias dari University of Huddersfield UK, Dr. Alfi Rahman dan Dr. Yunita Idris dari TDMRC USK, dan Prof. Mohammad Abdur Razzaque dari Teesside University UK.

Ezri memaparkan, wilayah Asia Tenggara adalah rumah bagi lebih dari 667 juta penduduk. Namun, wilayah ini merupakan wilayah paling rentan bencana di dunia dengan lebih dari 6.000 orang dan lebih dari 11 miliar dolar AS hilang dalam 5 tahun terakhir. 

Oleh karena itu, jelas Ezri, Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan bagian integral dari pembangunan sosial-ekonomi suatu wilayah dan dianggap sebagai elemen kunci untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan mengurangi kerugian jiwa dalam bencana besar.

“Salah satu elemen penting dalam mencapai ketahanan (resiliensi) terhadap risiko bencana adalah pengetahuan berbasis masyarakat,” kata Ezri.

Sebagai contoh, tambahnya, Pulau Simeulue yang memperlihatkan bagaimana sejarah lisan dari pengalaman tsunami tahun 1907 yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, dan akhirnya menyelamatkan banyak nyawa dari peristiwa tsunami 2004. Hanya 7 orang yang meninggal dari total populasi 78.000 orang, sedangkan di ibu kota provinsi, Banda Aceh, hampir 25% dari total populasi 260.000 orang tewas.

“Karena itulah workshop dan FGD ini digagas. Selain bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengetahuan berbasis masyarakat, khususnya dalam era digital,” ujarnya.

Dia berharap,  melalui workshop dan FGD ini, akan terbentuk jaringan antara semua kalangan yang akan meningkatkan kesadaran dan mendorong kolaborasi efektif antara para peneliti dan khalayak luas dalam disiplin teknologi digital dan PRB. 

“Diskusi tersebut nantinya juga akan membuka ruang untuk mencari ide-ide inovatif untuk adopsi lebih luas teknologi digital dalam upaya mencapai ketahanan bencana,” pungkas Ezri. [Sayed M. Husen]
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • USK Bersama Dua Universitas Inggris Jalankan Projek Ketahanan Bencana

Terkini

Topik Populer

Iklan