Iklan

terkini

Menentukan Harga Diri Secara Rasional

Redaksi
Sabtu, Juli 29, 2023, 10:36 WIB Last Updated 2023-07-29T03:37:08Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)

Dunia ini hanya kutukan, kecuali bagi orang-orang yang mau berpikir dan berzikir kepada Allah. Harta yang berupa emas dan perak tidak bernilai sedikitpun tanpa sertakan pemikiran  secara rasional. 

Harta kekayaan, jabatan, rumah megah dan mobil mewah, hanya akan menjadi kenangan yang akan segera diambil alih jika pemiliknya sudah meninggal dunia. Tiada berhak bagi dirinya walau hanya secuil. 

Kekayaan dan kemewahan hanyalah barang titipan. Kapan saja akan dikembalikan kepada sang Pemiliknya, yaitu Allah Swt.  Semua fana dan tiada yang abadi. Untuk itu, selama barang titipan diamanahkan, alangkah baiknya jika  pergunakan di jalan hikmah. Sebelum semua terlambat dan kembali dicabut oleh yang Sang Maha Pencabut.   

Dr. 'Aidh al-Qarni dalam bukunya La Tahzan menuturkan, Rasulullah saw bersabda, "Dunia ini terkutuk, semua yang ada di dalamnya terkutuk, kecuali zikir kepada Allah, hal-hal yang bersangkutan dengan zikir, seorang 'alim dan seorang pelajar." (HR. At-Tirmidzi)

Hatim ath-Thai menyatakan  bahwa miliaran, rumah mewah, mobil mewah tidak akan dapat menangguh kematian seorang hamba. Kekayaan tidak akan bermanfaat sama sekali ketika seseorang sedang tersengal-sengal dan sesak saat sakaratul maut tiba. Lalu siapa yang akan akan membantu ketika itu?

Tiada lain yang dapat menyelamatkan kita selain diri kita sendiri semasa hidup. Kalangan bijak lestari mengatakan, "Tentukan harga sesuatu secara rasional. Sebab dunia dan seisinya tidak lebih mahal dari jiwa seorang mukmin."

Menurut Dr. 'Aidh al-Qarni, Hasan Al-Basri mengatakan, "Jangan tentukan harga dirimu, kecuali dengan surga. Jiwa orang yang beriman itu mahal, akan tetapi sebagian dari mereka justru menjualnya dengan harga yang murah."

Kita dapati, sebagian orang menyesali dan bersedih jika  kehilangan harta mereka. Baik karena terbakar, rusak maupun hancur. Namun mereka tidak menyadari bahwa itu adalah titipan. Ketika Allah menitipkannya ia lupa diri. Terlena dengan kemewahan hingga menganggap bahwa harta tersebut milik yang seutuhnya. 

Andai saja dia pandai menyimpan harta, betapa beruntungnya. Sebelum Allah mengambil kembali titipan-Nya, ia sudah lebih dahulu membelanjakannya.  Menafkahkan di jalan Allah sebagai tabungan di akhirat nanti. 

Seperti anak yang dikasih jajan oleh orang tuanya. Anak cerdas akan  menyimpan sebagian untuk kebutuhan dirinya dan masa depan. Suatu saat ia bisa memanfaatkan simpanannya tanpa harus membebani orang tuanya. 

Demikian juga harta yang Allah titipkan kepada hamba-Nya. Bagi orang yang berpikir, maka dia akan menyimpan sebagian untuk kebutuhan dirinya nanti. Sehingga ketika tiba waktunya pulang, dia sudah memiliki simpanan. Itulah yang akan membantu dan menemaninya di sepanjang perjalanan menuju akhirat. 

Berinfak seperti sedekah dan wakaf adalah cara menyimpan harta sebagai tabungan. Stip penghapus dosa dan pembuka jalan menuju surga Allah. 

Hikmah yang dapat diambil adalah dunia ini fana. Sebanyak apapun harta yang dimiliki tidak akan membawa faedah, kecuali yang diinfakkan di jalan Allah. Kikir sifat tercela yang harus dihindari, karena itu sifat syaitan sebagai musuh yang nyata. 

Mari beramal shalih dengan beribadah sosial. Ringan tangan untuk suka memberi kapanpun dan dimanapun. Semoga kita tergolong  bagian dari hamba-hamba  yang dirindukan surga. []

Editor: Sayed M. Husen 

*) Penulis adalah penulis buku Menapaki Jejak Rasulullah dan Sahabat
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • Menentukan Harga Diri Secara Rasional

Terkini

Topik Populer

Iklan