Iklan

terkini

[Opini] Hujaimah binti Huyai Dinikahi Pengasuhnya

Redaksi
Senin, November 21, 2022, 10:17 WIB Last Updated 2022-11-21T03:17:52Z
Oleh: Juariah Anzib, S.Ag*)

Ada kisah seorang perempuan mulia diantara wanita mulia. Seorang perempuan yang zuhud di masanya. Kisah tersebut berawal ketika  sang gadis kecil ditinggal mati oleh orang tuanya. Ia  tinggal sebatang kara tanpa ada keluarga yang mengasuhnya. Hingga  kemudian dirawat oleh seorang lelaki mulia yang berakal, berilmu dan terpuji.  

Dalam bukunya 14 Wanita Mulia Dalam Sejarah Islam, Azhari Ahmad Mahmud mengkisahkan tentang  sesosok lelaki mulia berjiwa penyayang. Ia menjadi pengasuh seorang yatim perempuan sejak si gadis  masih kecil. Gadis mungil ini hidup nyaman bersama ayah asuhnya tanpa kurang suatu apapun. Ia berada dalam limpahan kasih sayang dan santunannya. Sang gadis kecil tumbuh sehat, ia tak pernah merasakan pahitnya kehidupan sebagai seorang yatim seperti yatim lain pada umumnya. 

Seorang lelaki bijak, berilmu tinggi dan ahli ibadah. Abu ad-Darda' membesarkan yatim Hujaimah binti Huyai al-Aushabiyah dalam bingkai keimanan, ketakwaan, pendidikan, serta adab yang tinggi dilengkapi kemuliaan yang luhur. 

Hujaimah hidup dalam  limpahan ilmu dan zuhud.  Sejak kecil ia selalu duduk di majelis halaqah para ahli baca Al Quran. Setiap pagi dan sore ia berada di masjid Nabi di Madinah untuk menimba berbagai ilmu pengetahuan atas bimbingan ayah asuhnya. Ia mengikuti jejak sang ayah duduk di majelis para ulama untuk memetik serangkaian petunjuk dan berbagai ilmu pengetahuan. 

Azhari menuturkan, setelah Hujaimah beranjak remaja,  ayah asuhnya menyuruh  agar ia meninggalkan majelis halaqah ini dan ikut  bergabung  bersama  barisan kaum wanita lainnya. Karena Hujaimah sudah mencapai usia dewasa dan layaknya para wanita dewasa.

Di bawah pengasuhannya,  Abu ad-Darda' semakin mengenal pribadi Hujaimah yang mulia. Seorang gadis beradab yang memiliki pribadi terpuji. Berkat  bimbingan dan  keteladanan sang ayah, si gadis yatim tumbuh kembang menjadi seorang wanita muslimah yang taat, berjiwa penyayang dan ahli ibadah. 

Taman keindahan yang sudah lama dipupuk dan disiram dengan air kasih sayang. Kini taman bunga tumbuh kembang menjadi kuntum mekar yang mempesona, indah dan harum semerbak. Tentu saja tidak akan diabaikan begitu saja oleh Abu ad-Darda’.  Cinta tumbuh di lubuk hati yang paling  dalam,   meskipun usia tidak sepadan. Tibalah hari kebahagiaan bagi kedua  insan mulia ini. Karena Abu ad-Darda' menikahi putri asuhnya Hujaimah. Dengan begitu, maka ia dapat  menyantuninya secara terus menerus tanpa batas waktu. 

Sejak saat itu, mereka sudah sah menjadi suami istri.  Hujaimah disebut dengan  panggilan Ummu ad-Darda’. Ia telah menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah yang penuh berkah. Kini ia  memulai kehidupan barunya  sebagai seorang istri di rumah yang sama pula.  

Menurut Azhari, sejak menjadi istri orang yang orang bijak ini, Ummu ad-Darda' telah menetap di madrasah pendidikan ini. Rumah penuh dengan  zuhud, ilmu, hikmah dan wara yang digurui oleh suaminya sendiri Abu ad-Darda’.

Pasangan suami istri ini hidup bergelimang cinta dan kasih sayang yang tulus. Ummu ad-Darda' seorang istri shalihah yang setia kepada suaminya. Ia senantiasa taat dan selalu menyenangkan serta  membahagiakan suaminya. Ia sebaik-baik wanita diantara wanita yang baik. 

Mendampingi suaminya Abu ad-Darda' adalah  kebahagiaan terindah dalam kehidupan Ummu ad-Darda’. Suami yang tidak pernah pelit memberikan nasihat dan pencerahan kepada istrinya dengan berbagai pengetahuan. 

Ummu ad-Darda' mencintai suaminya karena keluhuran budinya. Bukan karena kesenangan dunia dan hawa nafsu semata. Bahkan, mereka menginginkan cinta sejati yang tidak pernah  terputus sampai kapanpun. Tetap mekar seharum bunga-bunga di taman yang indah dan kekal kenikmatannya.  

Wanita mulia dan berilmu tinggi ini mewarisi sebagian besar ilmu dari suaminya. Yang merupakan pantulan dari cahaya kenabian Rasulullah saw. Ia memahami tentang Al Quran secara luas dan mendalam. Menampakkan mutiara-mutiara indah dan menemukan berbagai keajaiban di dalamnya. 

Ia seorang wanita tegar yang telah teruji kesabarannya. Ketika putranya meninggal  dan jasatnya diangkut kemudian ditimbun dengan tanah, ia berkata, "Pergilah kepada Rabbmu, dan aku akan pergi kepada Rabbku." Sungguh kesabaran yang luar biasa. 

Wanita cerdas dan bijak ini tak pernah bosannya memberi nasihat dan menyebarkan ilmu agama kepada siapa saja dengan hikmah. Zikir merupakan bagian dari hembusan nafasnya. Zikir yang paling utama adalah “Subhanallah”.  Hari-hari indah dilalui dengan beribadah dan beramal shalih hingga tiba waktu berakhir perjalanan hidupnya. 

Wanita berkah ini menyusul suaminya yang sudah lebih dahulu meninggal dunia. Ummu ad-Darda' kembali ke haribaan Rabbnya tahun 82 Hijriah. Dialah Ummu ad-Darda', Hujaimah Al-Aushabiyah meninggal setelah menyebarkan ilmu dan hikmah dengan segenab  kemuliaannya. Abu ad-Darda'  gurunya yang pertama tempat ia menuntut ilmu. 

Kini, namanya menyatu dengan nama suaminya, dalam ilmu dan kemuliaannya. Ia menyertai suaminya ke alam yang kekal baqa. Kuburannya berdampingan dengan kuburan suaminya, sebagai bukti tulusnya cinta dan kasih diantara mereka berdua. Mereka tetap bersanding hingga ke barzah, bahkan sampai ke surga keabadian.  Semoga Allah mewujudkan citi-citanya menjadi pendamping suaminya di negeri yang mulia tempat kenikmatan yang kekal dan abadi. []

*) Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru
Komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE. #JernihBerkomentar
  • [Opini] Hujaimah binti Huyai Dinikahi Pengasuhnya

Terkini

Topik Populer

Iklan