"Banyak kesamaan saya dengan wartawan senior ini, tapi satu hal yang membanggakan dari putra Bireuen ini, karena saat ini Ayi Jufridar sudah menjadi salah seorang Ahli Pers saat ini,"
Hari ini takdir Allah, mempertemukan saya dengan Ayi Jufridar, M.S.M. Saya katakan, banyak kesamaan saya dengan Bang Ayi, demikian ia biasa saya sapa.
Pertama, karena kami sama-sama wartawan. Tapi secara senioritas, saya kalah jauh. Bang Ayi dengan saya beda zaman, dalam hal profesi wartawan.
Kedua, kami sama-sama akademisi, selain masih berkhidmat sebagai jurnalis. Saya jadi dosen di Politeknik Negeri Lhokseumawe Bang Ayi jadi dosen di Universitas Malikussaleh. Hebatnya lagi, di kampus, kami punya jabatan yang sama, yakni sama-sama di bagian publikasi.
Ketiga, hal lain kesamaan kami adalah, karena kami sama-sama alumni Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL). Beda letting saja. Secara kebetulan, kami juga sama-sama alumni Magister Sains Manajemen di Universitas Malikussaleh (Unimal). Sehingga gelar kami sama, M.S.M.
Hal yang berbeda jauh antara Bang Ayi dengan saya sekarang adalah, Bang Ayi saat ini telah menjadi Ahli Pers Nasional dan telah lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) Utama, saya baru lulus UKW Madya.
Tapi masalah UKW itu bagi seorang wartawan, bukan persoalan di jenjang UKW-nya, tapi yang penting, setiap yang berprofesi sebagai wartawan, sejatinya harus sudah lulus UKW, masalah jenjang UKW tergantung kebutuhan. Sekedar informasi, ada tiga jenjang UKW yang berlaku di Dewan Pers, yaitu jenjang UKW Utama (untuk pimpinan redaksi), jenjang UKW Madya (untuk redaktur), dan jenjang UKW Muda (untuk wartawan secara umum).
Terakhir, kami adalah putra Bireuen yang banyak beraktifitas di wilayah Pasee. Karena sama-sama punya "ladang" di wilayah Tgk. Ni.
Pertemuan saya dengan Bang Ayi hari ini Jumat, 7 Oktober 2022, adalah secara kebetulan, saat Bang Ayi didaulat menjadi pemateri Media Working Group yang diselenggarakan oleh Bawaslu Bireuen tentang Peran Media dalam Menangkal Hoax pada Pemilu Serentak 2024. Pada kegiatan tersebut, saya adalah salah seorang peserta yang mewakili organisasi pers PWI Bireuen.
Banyak hal yang dibahas wartawan senior itu dalam pemaparannya. Bang Ayi mengatakan,
"Pers adalah merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Mengapa jadi pilar demokrasi? Karena pers menjadi kekuatan penyeimbang terhadap kekuasaan, politik, dan hukum," kata Ahli Pers ini.
"Tidak ada demokrasi tanpa pers!" tegas Ayi.
Untuk itu, menurut Ayi, wartawan harus lebih mengerti tentang isu-isu Pemilu.
"Hoax sangat sulit dibendung, terutama yang sangat masif di medsos. Oleh sebab itu, pegiat medsos bisa digugat dengan UU-ITE, termasuk wartawan juga pernah terjerat UU-ITE seperti di Bireuen beberapa waktu lalu," ungkap Ayi dalam materi yang disampaikan, yaitu Media Massa dan Penguatan Pengawasan Partisipatif.
Semoga di sisa usia kami ini, keberadaan kami bisa menjadi lebih berguna dan bermakna untuk nusa dan bangsa. Tabik senior. [Hamdani]